Â
      "Ayo, jawab, Nduk!" Simbok mendesakku.
      Perlahan, kuangkat wajahku..kutatap Simbok jauh ke dalam matanya. Hatiku berdesir. Ada gelora membuncah di dalam dada. Detak jantungku bergemuruh riuh. Akhirnya kujawab pertanyaan Simbok.
      "Ya, Mbok. Aku akan lebih sedikit berjuang lagi. Akan kuraih cita-citaku untuk menjadi seorang dokter. Aku akan membantu masyarakat yang kurang mampu. Aku tidak ingin, kejadian seperti Bapak di desa ini akan terulang lagi. Itu janjiku, Mbok."
      Simbok memelukku erat. Berbisik di telingaku.
      "Jalan ini panjang, Nduk. Pengorbanan adalah sebuah pengabdian yang tanpa ujung. Tanpa batas dan tidak akan berakhir. Jika kamu menemukan lobang di jalan dan bisa melompatinya, maka yakinlah bahwa di depan nanti masih banyak lobang yang akan kau lewati. Asal kau terus berjuang dengan keras, Simbok yakin, kamu akan berhasil, Nduk."
      Aku hanya bisa mengangguk dan membalas pelukan Simbok dengan erat.
***
      "Dok, apakah Bapak bisa disembuhkan? Apakah Bapak bisa sembuh?" tangis anak kecil itu.
      Kupeluk anak itu, kujawab dengan senyuman. Berdoalah. Semoga Bapakmu bisa disembuhkan. Untung segera dibawa ke sini. Yakinlah. Bapakmu akan segera sembuh." Jawabku menguatkan hati anak kecil itu.
      Kupandang langit. Kulihat Bapak dan Simbok tersenyum.