Dua dekade lebih setelah Reformasi, kita dihadapkan pada kenyataan pahit: demokrasi yang diperjuangkan dengan darah dan air mata kini tengah terluka. Kebebasan sipil yang menyusut, pers yang dibungkam, oligarki yang menggurita, dan rakyat yang apatis menjadi potret suram perjalanan politik kita. Luka ini tidak akan sembuh jika hanya diobati dengan retorika.
Merawat luka Reformasi berarti berani menatap masalah secara jujur dan mengambil tindakan nyata. Itu berarti membangun kembali ruang kebebasan, memutus cengkeraman oligarki, dan menumbuhkan partisipasi warga yang kritis. Demokrasi sejati hanya akan hidup jika rakyatnya sadar bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan mereka.
Reformasi bukan sekadar catatan sejarah. Ia adalah janji yang harus terus kita jaga, agar kemerdekaan politik yang kita miliki benar-benar menjadi kemerdekaan yang berdaulat, bukan hanya kemerdekaan yang terlihat indah di atas kertas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI