Ibu tadi berhenti sejenak sambil memperhatikan mainan di tangan si bapak ini. Sesekali matanya berpindah ke mainan yang dipajang di atas lantai stasiun.
"Lima belas deh. Saya mau yang kuning saja," kata si ibu sambil menunjuk mainan Doraemon kuning yang ada di lantai.
Selain bapak pedagang mainan Doraemon ada lagi seorang pria paruh baya yang menjajakan gangsing lampu yang menyala ketika berputar. Bapak ini kurang agresif menawarkan mainan ini kepada ibu-ibu yang lalu lalang di depannya. Dia hanya memainkan gangsing tersebut dengan memutar-mutarnya. Saya tidak melihat ada seorang pun yang membeli mainan ini.
Bapak-bapak pedagang mainan Doraemon tadi ternyata punya dagangan lain yang dijajakan di lapak yang agak jauh dari tempat Doraemon. Dia sempat menghilang sebentar dari lapaknya ini. Tiba-tiba saja muncul dengan membawa mainan jenis lain. Mainan ini didorong dengan bantuan sepotong kayu yang dipasang ke roda. Ketika didorong roda tersebut mengeluarkan bunyi-bunyian yang nyaring. Di atas roda tersebut dipasang model kepala ayam jago.
Waktu terus berjalan semakin malam. Pedagang cilok sudah datang dan memarkir gerobaknya di belakang para pedagang mainan ini. Di dalam emperan ada juga bapak- bapak yang menawarkan jas hujan plastik sepuluh ribuan kepada setiap penumpang yang lewat di depannya. Para pedagang jas hujan ini seperti ojek payung yang selalu ada ketika hujan turun. Kebetulan hari itu di Citayam dan sekitarnya sedang diguyur hujan lebat yang cukup lama.