Mohon tunggu...
Fathur Mafianto
Fathur Mafianto Mohon Tunggu... Guru - Guru, penjahit, dan traveller writing

Lelaki yang berhobby jadi penjahit dan ingin mencari ilmu setinggi langit ketujuh.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Juli adalah Rohmu

8 Februari 2020   11:04 Diperbarui: 8 Februari 2020   11:14 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selaksa burung camar mengarungi samudera hindia
dan petang adalah sebuah jalan menuju roma
pulang membawa canda tawa, bahwa dirimu,
menemukan selasar bintang di langit biru
membentang luas tanpa ada cahaya matahari meneranginya

Begitulah waktu, kau tumpahkan segala asa dengan keriangan
sehingga ia betah berlabuh: menunggumu di bulan Juli
esok. sebuah penantian yang ditunggu-tunggu
ada hidangan nikmat di sana, seperti yang kamu pinta
ada nasi rawon, sate kambing, kue tar, bahkan kepala kepiting
semoga kamu menghabiskannya dengan lahap
sambil duduk bersenggawa menikmati usia berkepala dua
dan engkau, sejatinya adalah pelukis masa dan warna-warni dunia

Begitulah waktu, selaksa burung camar mengarungi samudera hindia
berpendar dengan beribu kunang-kunang malam
memberi cahaya di bulan juli
agar esok, kamu tersenyum meniup lilin
pesta perayaan usiamu yang kedua puluh dua
sehingga malam tak lagi gulita

Untuk Muhammad Shohibul Hakim

Pasuruan, 5 Februari 2020

Seikat Puisi Ulang Tahun
: si Kecil Ismail

Pernah. seikat puisi ulang tahun dipesan ayahmu
dari pengrajin kertas di tepi jalan raya Veteran Surabaya
bersebelahan dengan toko kue cokelat setinggi tiga meter
dan sebelah kirinya, toko cinderamata yang supermahal
penuh dengan pernak-pernik lampu disko
kala itu, kamu masih berumur setahun lebih dua hari
tapi. entah kemana seikat puisi ulang tahun itu
sampai kini tidak pernah sampai pada dirimu, ponakan kecilku
ya, sampai hari ini
apakah ia masih bersemayam di dahan pohon cemara?
atau bersembunyi di balik perapian rumah kuno itu
mungkin. sedang di sini kamu menunggu selama detak jam
dinding bersua menandakan bahwa lilin putih meminta ditiup

Malam itu, seikat puisi ulang tahun bertebaran di halaman rumahmu
masih utuh sedia kala. seperti yang pernah ayahmu pesan
yang pernah dialamatkan kepada engkau, anak tercintanya
akhirnya ia mampu membuat prolog dengan rasa cinta
selama ia jauh dari kehidupanmu
dan berkata: "Selamat ulang tahun anakku, Ismail kecilku.
semoga di usiamu yang ke sepuluh tahun,
engkau menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada ibumu. di sini
ayah sangat bangga melihatmu sudah tumbuh dewasa."
seketika airmatamu mengalir deras
mau atau tidak, seikat puisi ulang tahun menjadi saksi bisu
bahwa kasihnya tidak pernah lupa akan tanggal lahirmu. kini

Pasuruan, 5 Februari 2020

Asa di Hari Lahirmu
: Putri Maulidah

Satu persatu daun jati berguguran
Satu persatu kelopak bunga mawar mulai menguning
Tanpa terasa umurmu kian bertambah
Setiap jarum jam berdetak sangat cepat
Dan semua terjadi atas izin Allah
Pada saat itu pula merupakan hari menuju puncak
Tangga yang baru dengan penuh warna-warni
Lembaran cinta bersama keluarga terkasihmu
Untuk sisa jatahmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun