Mohon tunggu...
STKIP ParacendekiaNW
STKIP ParacendekiaNW Mohon Tunggu... Dosen - STKIP Paracendekia NW Sumbawa adalah perguruan tinggi keguruan yang mengelola dua program studi, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika (jenjang Sarjana)

BLOG STKIP PARACENDEKIA NW SUMBAWA Wadah publikasi tulisan ilmiah populer dan karya sastra mahasiswa dan dosen STKIP Paracendekia NW Sumbawa Penyunting: Prof. Iwan Jazadi, Ph.D., Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris dan Ketua STKIP Paracendekia NW Sumbawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan di Ujung Senja

27 Desember 2018   16:24 Diperbarui: 27 Desember 2018   16:58 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Pagi hari ini terlihat tak seperti biasanya. Mentari mulai merangkak di ufuk timur langit Sumbawa, mulai mengeluarkan senyuman yang tak mungkin bisa terlupakan manisnya di hati manusia. Mulai pula mengeluarkan hangatnya cahaya kasih sayang yang seolah-olah mulai memeluk insan dengan manjanya. 

Di kala itu pula di sana, tepatnya di Pantai Jempol Labuhan Sumbawa, ada seorang pemuda yang sedang duduk dengan dagu bersandarkan tangan yang membentuk horizontal. Duduk santai dengan melonjorkan kakinya di atas kursi panjang yang dilengkapi dengan meja yang terpasang apik sembari ia menikmati indahnya ciptaan Allah yaitu pemandangan Pantai Jempol.

Kini angin dan desiran ombak mulai menemani dan menghiasi indahnya pemandangan pantai. Angin mulai bertiup dari ujung timur ke barat dengan sepoinya seolah membisikkan tentang keindahan di telinga pemuda tersebut. Tak lupa pula desiran ombak yang kini mulai bangun dari tidur yang panjang dan mulai berdatangan menuju tepian pantai seolah-olah ingin mengajaknya ikut bermain. 

Namun sangat disayangkan, bisikan angin pantai dan desiran ombak tak digubris oleh pemuda itu. Tampaknya dia sedang berada dalam pikiran yang sangat dalam hingga sesaat matanya pun terlihat berdelik, namun sesaat pula terlihat seperti mata yang penuh dengan kekosongan seperti seorang yang sedang meratapi nasib. 

Hingga pemuda tersebut bahkan tak menyadari kehadiran secangkir teh susu hangat yang diletakkannya di atas sebuah meja yang berada tepat di depannya yang setia menemaninya sedari tadi. Kini orang-orang yang berlalu langan maupun yang datang ke pantai untuk menikmati indahnya pemandangan pantai yang ditemani oleh mentari yang merangkak dengan penuh senyuman dan kasih sayang hangat mulai merasakan kebingungan dan keanehan yang terpancar dari raut wajah sang pemuda. 


Entah apa yang ada dalam pikiran sang pemuda itu. Entah dia sedang bertafakkur atas indahnya ciptaan Rabb-Nya? Entah tentang mozaik-mozaik cinta akan Rabb-Nya yang kini mulai datang mengerumuni hatinya dengan membawa cahaya yang terang? Atau entah tentang peratapan nasibnya yang terrbilang pahit akan kehidupan dunia ini, namun kini mulai ditemui manisnya kehidupan dan mulai memberikannya secercah asa? Entahlah hanya Allah lah yang mengetahui akan itu semua.

Pemuda itu bernama Khairy, yang kini tengah berjuang dalam menempuh masa studinya di salah satu kampus yang kerap dikatakan sebagai kampus hijau. 

Terlihat dari penampilannya nampaknya pemuda itu adalah seorang yang agamis dan berbudi pekerti yang luhur karena jika dilihat dari backgroundnya pula, pemuda ini dahulunya merantau ke Sumbawa hanya untuk menuntut ilmu dan mendalami agama yang dipercayainya yang hanya sebatas turun temurun dari kedua orang tuanya di salah satu pondok pesantren yang kala itu bisa dikatakan sedang naik daun di sana Khairy menghabiskan masa MTs-nya untuk menuntut ilmu namun MA-nya hanya sebatas satu tahun saja, kemudian dia pindah dari pondok tersebut ke salah satu MA di kampung halamannya, tepatnya di Desa Plampang.

Kini jam tangan digitalnya mulai berdering setelah menunjukkan pukul 10.00 saat itu. Dia terhenyak dari pikirannya itu karena tanpa dia sadari kini dia hampir 4 jam berdiam diri di tempat itu. Akhirnya saat itu pula dia memutuskan untuk beranjak dari tempat itu dan mulai berjalan mencari lapak karena memang di Pantai Jempol kerap kali jika pagi hari jarang kita menemui lapak yang telah siap berjuang dalam mencari rizki. 

Setelah berjalan di sepanjang pantai kini pemuda nampak kelelahan dan tubuhnya pun kini mulai mengeluarkan beberapa butiran keringat dan napasnya pun kini mulai tersengal pula. "Ya Allah Tuhan pemberi rizki, entah apa yang ada dipikiran mereka sehingga mereka tak memulai berhamburan di muka bumi-Mu hingga jam segini, padahal Engkau telah mengabarkan melalui lisan rasul-Mu bahwa engkau membagi rezeki hambamu sesudah sholat subuh hingga terbitnya mentari," gumam Khairy dengan tangan yang nampak sedang mengelus dada.

Setelah berjalan beberapa meter jauhnya, akhirnya Khairy menemukan sebuah lapak yang menyediakan berbagai makanan. Ia pun memasuki lapak tersebut memulai dengan mengucap salam kepada bapak pedagang sehingga akhirnya bapak itu pun menjawab secara langsung salam darinya. 

"Permisi pak, saya pesan baksonya satu ya!" Ucap Khairy dengan lirihnya. "Baik, Mas, tunggu sebentar ya!" Si bapak pedagang bakso membalas. Beberapa menit kemudian, Khairy menyantap baksonya dengan pelan dan penuh sahaja. Namun kala Khairy sedang menyantap bakso dengan santai dan sahaja itu pula kini, dia dikagetkan oleh nada dering pesan dari HP-nya yang telah dia letakkan di dalam saku celananya. 

Khairy penasaran dengan siapa pengirim pesan yang datang kepadanya itu. Rasa lapar yang mengahantuinya kini lenyap bak ditelan bumi. Kini rasa penasaran itu pun menariknya dengan lembut untuk membuka pesan itu. Betapa terkejutnya ia ketika ia membuka pesan itu. Ternyata dari seorang gadis yang ditemuinya saat mulai memasuki dunia pendidikan yang saat ini tengah dijalaninya. 

Gadis itu bernama Mutiara, yang kini tengah duduk dan berjuang bersama dengannya di sebuah kelas yang sama di Prodi Bahasa Inggris. Tanpa kuasa pandangan Khairy terhadap gadis itu mulai terlontarkan, terlontarkan dengan tepat seperti busur-busur iblis yang tengah melepaskan anak panah yang mendarat tepat mengenai sasaran.

Tak disangka pula pandangan yang kini mengenai sasaran acap kali menyibukkan hati Khairy dengan sesibuk-sibuknya hingga seolah-olah dia tak mampu menahan pandangan itu menjadi sebuah cinta. Ia berhasrat memperjuangkannya menjadi cinta yang diridhai oleh sang pemilik cinta hakiki yakni Tuhan semesta Alam. 

Khairy pun memutuskan untuk mengirim pesan singkat tepat satu hari dari hari itu untuk sang gadis idaman yang namanya ingin diletakkan dalam sanubarinya. Ia tak ingin gadis itu menjadi misteri baginya, entah dia akan memiliki gadis itu selamanya ataukah gadis itu tidak akan meresponnya hingga ia pun mampu menepis kembali nama itu dari sanubarinya itu.

"Bismillah.

Dengan menyebut nama Allah aku mulai memberanikan diri untuk mengirimkan pesan ini kepada dirimu, Saudariku. Sejauh ini kusadari bahwa dirimu telah mengusik hatiku tanpa kau sadari sedikit pun. Sejak aku pertama kali bertemu dengan dirimu, engkau selalu menjadi bunga tidurku, menjelma di alam yang kian jauh untuk kugapai. Kadang pula ketika malam menyelimuti insan untuk menikmati tidur panjang nan nyenyaknya. Diriku sering bertanya dengan lirih kepada malam, mengapa dia tidak menyelimutiku pula? Ketahuilah Saudariku bahwa malam mataku tak lena dan tidurku pun tak lelap hanya karena bayangmu yang selalu datang menggodaku. Kini ku ingin putuskan untuk memulai hubungan denganmu dengan ikatan suci nan diridhai Allah azza wa jalla dengan pernikahan yang suci yang menjadi sunnatullah hinggaku mampu untuk meletakkan namamu dalam sanubari ini. Atau kau akan menolak diriku dengan baik meski penolakan itu akan menjadi gemuruh yang akan menyadarkanku dari buaian mimpi. Atau menjadi sembilu yang akan menyayat hatiku dengan pedihnya hingga namamu akan mampu ku tepis dari sanubari ini. 

Terimakasih.

Jawabanmu kan selalukunanti." Pesan satu hari yang lalu dari Khairy untuk sang gadis idamannya.

Kala itu mata Khairy mulai berdelik karena ia tak menyangka bahwa perjuangannya sehari sebelumnya akan membuahkan hasil dan tanggapan dari sang gadis. Meskipun tanggapan itu masih menjadi misteri yang amat besar baginya, Khairy hanya mampu bersyukur kala itu. Semua dia pasrahkan kepada Tuhan semesta Alam karena alur sandiwara langit tak mampu ditebak oleh siapa pun. Kini HP miliknya pun mulai memproses sebuah pesan misteri itu.

" Saudaraku! Kuhargai semua usahamu untuk membawaku menggapai cinta Ilahi melalui ikatan suci ini. Namun, sungguh aku sangat bingung dalam mengambil keputusan. Keputusan yang sangat berat. Keputusan yang sungguh membuatku seolah tertatih dalam melangkah. Keputusan, yang jika kupilih, menjadi misteri yang begitu besar buatku karena aku tak tahu akankah aku mampu untuk mengemban sebuah beban dan amanah sebagai seorang istri jika aku menikah dengannmu dengan umur yang begitu hijaunya. Ataukah keputusan yang jika kupilih pula akan menyayat hatimu. Sungguh Sauaraku, kini air mataku berlinang karena perkara ini. Aku menangis karena ini menjadi beban berat bagiku. Namun, di sisi lain aku bahagia karena Allah mengutus sesosok laki-laki yang baik budi pekerti dan agamanya yang dengan ikhlasnya ingin menikahiku. Kini ku belum mampu untuk menjawab semua pertanyaan yang terlontar kepadaku melalui pesan ini karena aku sekarang seolah sedang berada di dalam sebuah biduk di tengah lautan. Ku tak tahu ke manakah akan ku kayuh biduk itu." Balasan dari Mutiara, sang gadis yang telah menjadi idaman Khairy.

Setelah membaca pesan tersebut, Khairy mulai menyantap bakso yang telah dimakannya sebagian tadi Sesegera mungkin Khairy menghabiskan bakso tersebut sehingga beberapa detik setelah bakso tersebut habis Khairy langsung membayar dan berpamitan kepada bapak penjual bakso. Ia tak lupa pula mengucapkan terima kasih. 

Nampaknya Khairy mulai tergesah-gesah untuk segera pulang ke rumahnya tercinta yang telah menjadi syurga dunia keduanya setelah masjid-masjid Allah. Kemudian, dia bergegas mengambil sepeda motornya yang berada jauh dari tempatnya memakan bakso tadi. Setelah tiba di lokasi di mana motornya terparkir, Khairy menyalakan motornya dan melaju dengan santai di atas jalanan yang agak ramai kala itu. 

Di perjalanan hati Khairy pun kerap kali mampu bertawakkal akan misteri yang kini tengah menimpanya. Namun, kerap kali pula hatinya berbalik dan terhasut oleh bisikan syaitan yang tak ada habisnyya menggangu kehidupan manusia untuk menjauhkan diri dari Rabb mereka. 

Untungnya Khairy merupakan sesosok pemuda yang bisa dibilang pandai agama. Ia membasahi lisannya dengan zikir sehingga hatinya pun menjadi suci dan tenang. Tak berapa lama dari pantai Khairy tiba tepat di depan rumahnya yang letaknya memang tidak jauh pula dari pantai tersebut.

Khairy kini mulai melepaskan kedua sandal yang sedari tadi menemaninya dengan penuh kesetiaan ke manapun kakinya melangkah dan mulai memasuki rumahnya dengan mengucapkan salam meskipun tak seorang pun ada di rumah itu. Sebenarnya Khairy tinggal di rumah yang telah menjadi syurga baginya itu hanya seorang diri. Jam yang baru saja diliriknya menunjukkan pukul 10.45. 

Inisiatif Khairy untuk mandi pun meraba-raba dalam pikiran yang kerap kali tak menentu jika lisannya mulai kering dari berzikir kepada Allah Azza wa jalla. Tak lama mengambil keputusan, Khairy pun langsung beranjak ke kamar mandi untuk menyegarkan badan sekaligus pikirannya yang tengah berada dalam kekacauan. Setelah beberapa meni,t Khairy selesai mandi dan bersegera mengambil pakaian yang telah tersusun rapi di dalam lemarinya itu untuk dikenakan.

Khairy menyandarkan punggungnya ke sebuah tembok di dalam kamarnya dan mengambil HP-nya untuk segera mengirimkan kembali pesan kepada sang gadis idamannya itu "Saudariku! Kini bukan hanya engkau yang tengah berada dalam pikiran yang sulit kau emban. 

Diriku pula tengah merasakan hal yang sama. Karena kaum hawa pada hakikatnya jika telah berhasil menyentuh sanubari kaum Adam, maka kegalauan akan selalu menghatui dan mengusik hatinya. Ketahuilah wahai Saudariku! Memang wanita diciptakan dengan akal yang serba kekurangan, namun betapa banyak lelaki yang cerdas yang mampu dibuat tunduk olehnya. 

Memang wanita diciptakan dengan sikap yang penuh dengan kelemahlembutan, namun ketahuilah bahwa betapa banyak laki-laki perkasa yang dibuat jatuh dalam jeratannya. Memang wanita diciptakan dengan agama yang minim, namun betapa banyak laki-laki ahli ibadah yang mampu dibuatnya lalai dari mengingat Rabbnya. 

Karena itulah Saudariku, aku tidak ingin menjadi mangsa dari dirimu yang tanpa sengaja kau telan. Itulah mengapa kuputuskan jalan yang penuh berkah ini. Saudariku, kini ku tak bisa memberimu banyak waktu karena aku tak mau membuat cinta yang suci ini ternodai oleh dosa. Jika kau siap untuk menikah denganku, maka datanglah temui aku di Pantai Jempol di penghujung senja. Lalu, tuntunlah aku untuk menemui ayahmu agar aku dapat mengutarakan semua rasa ini kepadanya. 

Namun, jika kau tak setuju denganku, maka sia-siakanlah kesempatan ini dan janganlah kau datang di penghujung senja. In syaa Allah kuterima semua keputusanmu dengan lapang dada dan sesegera mungkin ku bertaubat kepada Allah dari mengingatmu dan memohon petunjuk kepada-Nya agar namamu sirna dari sanubari ini." 

Setelah mengirim pesan kepada sang gadis idaman, mata Khairy pun terkatup secara perlahan. Dia terlihat sangat lelah akan penatnya dunia yang kini seakan mulai menghimpitnya. Pikiran yang berat telah membuatnya sangat letih. Tak memakan waktu lama, HP yang dia pegang dengan erat tadi terlepas dan terjatuh dari tangannya. Matanya telah tertutup sempurna. 

Pukul 12.15 telah tiba. Sayup-sayup azan dzuhur terdengar sedikit demi sedikit di telinga pemuda tersebut. Namun, disayangkan sayup-sayup azan tersebut agak lama digubrisnya karena Khairy sedang nampak jauh menerawang ke alam mimpi. Di kalimat terakhir azan tersebutlah, ia terperanjak dari tidur nan nyenyaknya. 

Segera Khairy mengambil air wudhu dan membuka pintu rumahnya untuk berangkat ke masjid yang bisa dibilang jauh dari rumahnya tersebut. Setiba di sana, Khairy sholat dengan jama'ah setempat, kemudian berzikir, dan setelah itu ia kembali ke rumahnya. Di tengah perjalanan Khairy hanya melaju dengan santainya karena nampaknya Khairy masih merasakan kantuk yang tengah diobatinya dengan tidur beberapa saat tadi namun nampanya belum mampu terpenuhi pula kebutuhan matanya tersebut. 

Tak memakan waktu yang lama, Khairy tiba di depan rumahnya dan memarkirkan motor yang telah dikendarainya. Segera dia membuka pintu rumahnya dan tergesah-gesah dia berjalan ke ruangan kamarnya dan langsung membaringkan tubuhnya di atas sebuah kasur yang terbilang empuk tersebut. 

"Bruuukk." Kasur itu pun berbunyi setelah rebahan yang kini membuatnya langsung terlelap tanpa memakan waktu yang lama. Tak terasa tidur pulas Khairy itu terbilang memakan waktu cukup lama. Waktu menunjukkan pukul 4.30 PM, Khairy terperanjak dari tidurnya itu dengan kagetnya

Hari ini tak seperti biasanya. Ia nampaknya sangat kewalahan dengan pikiran yang sealu menghantuinya di manapun dia berada. Ia tidak biasnya dia seperti ini. Ia seorang pemuda yang terbilang tumbuh dalam ketaatan kepada Rabbnya dan sudah pasti dia sealu mengunjungi rumah Allah untuk melaksankan shalat berjamaah. Namun, hari ini ia melalaikan hal tersebut sehingga ia pun dengan bersegera beranjak menuju kamar mandi untuk berwudhu dan menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim yakni sholat asar.

Seusai shalat ashar, Khairy membuka rice cooker yang telah dicoloknya tadi pagi untuk mengisi kekosongan perutnya yang kini mulai menggerutu karena tidak di berikan haknya. Ia menyantap nasi dan lauk pauknya yang telah ia sediakan di hadapannya itu, kemudian menghabiskan makanannya dengan nikmat. Makanan itu pun terlihat tak tersisah di piring yang kini tengah ia pegang itu. 

Selesai makan, pemuda itu membereskan bekas makanannya dan mencuci piring kotor yang telah ia pakai sebagai hamparan bagi nasi dan lauk pauk yang telah ia santap tadi. Beberapa menit kemudian Khairy bergegas ke kamar mandi untuk mandi sore karena sore inilah yang akan menjadi penentu dari kehidupannya dalam menggapai impiannya dengan sang gadis idaman yang bernama Mutiara itu. 

Entah misteri yang tengah menghantuinya selama ini akan menjadi segelas minuman segar nan manis rasanya yang akan membasahi tenggorokan dan menghilangkan dahaga yang tengah ia rasakan, ataukah akan menjadi segelas minuman yang sangat pahit yang akan diteguknya dengan penuh kesengsaraan dan kesabaran. Beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi dan bergegas ke kamarnya, kemudian mengambil pakaian untuk dikenakannya.

Jam kini menunjukkan pukul 5.15 PM. Khairy keluar dari rumahnya menuju ke tempat yang telah disebutkan di dalam pesan yang telah ia kirimkan kepada si gadis itu. Setelah menyalakan motor, ia melaju dengan laju standar sehingga tepat jam 5.30 PM Khairy tiba di pantai tersebut dan duduk bersandar di kursi yang didudukinya tadi pagi dengan niat memandang indahnya senja yang akan menjadi penentu misteri dua insan itu. 

Senja terlihat menuruni luasnya angkasa untuk mendalami dalamnya lautan karena waktu pun telah menunjukkan pukul 6.00. Artinya kesepakatannya dengan sang gadis sudah mulai. Namun, sang gadis yang tengah ia tunggu pun tak muncul di hadapannya, bahkan hingga 10 menit lewat dari rencana itu. Ia mulai gelisah karena gadis yang tengah ia nanti-nanti tak kunjung menemuinya pula. Ia bahkan meneteskan air mata kesabaran akan takdir yang kini tak berpihak padanya itu. 

Namun, siapa sangaka lima menit setelah itu, tepatnya pukul 6.15 PM, di linangan air mata itu, ia terperanjak karena mendengar suara lirih yang memanggilnya. Suara itu tak pernah asing di telinganya, bahkan sangat familiar karena itulah suara dari sang gadis yang tengah ia nanti selama ini, "Khairy", sayup-sayup suara itu mendekat dan Khairy pun mengembangkan senyumnya karena ternyata cintanya pun telah terbalaskan dengan persaksian senja dan lautan yang begitu heningnya pada saat itu, seolah-olah mereka tak mau mengusik dua insan yang akan memadu asmara tersebut.

Gadis itu pun kini sudah berada tepat di depannya, "Saudaraku, kini ku telah putuskan untuk mengambil langkah ini, untuk menikah walaupun umur kita nan hijaunya. Ku tahu jika jalan hati telah terbuka, hanya yang ada syahwatlah yang akan mendominasi iman. Maafkanlah aku yang tengah mengusik keimananmu. Kini bimbinglah aku dengan petunjuk Rabb kita. Jadilah imam untukku dan untuk anak-anakku. 

Semoga kita bisa saling melengkapi dan menyempurnakan, terlebih-lebih lagi di dalam masalah agama yang akan menuntun kita untuk hidup abadi di dalam syurganya. Sekarang iktuuilah aku! Aku akan membawamu untuk menemui ayahku di rumah." Gadis itu berkata dengan lirihnya. 

"Baiklah Saudariku, aku akan mengikutimu ke rumahmu untuk bertemu dengan ayahmu, tapi sebelum itu mari kita laksanakan sholat magrib terlebih dahulu di masjid terdekat yang kita jumpai," kata Khairy mengajak. "Baiklah," jawab gadis itu. Mereka berdua melaju diawali oleh Khairy, kemudian gadis itu mengikutinya dari belakang. Namun, tak berapa jauh jaraknya mereka berhenti di sebuah masjid di samping jalan dan segera mereka memasuki masjid setelah berwudhu agar mereka tidak ketinggalan dari imam di masjid tersebut. 

Sholat pun usai. Mereka melanjutkan perjalanan ke rumah sang gadis yang terbilang sangat dekat dari pantai itu. Namun, kini yang berjalan duluan adalah sanga gadis karena ialah yang menuntun Khairy ke rumahnya tersebut karena pada Khairy tak pernah sekali pun datang bersilaturahmi ke rumah sang gadis. Sesampainya di sana, keduanya masuk ke rumah sanga gadis dan di sana Khairy diperkenalkan oleh gadis tersebut hingga ia pun disambut oleh kedua orang tua si gadis. 

"Assalamualaikum, Bapak, Ibu! Apa khabar? Nama saya Khairy, Pak. Pak, boleh kah saya minta waktu Bapak sebentar saja karena saya punya keperluan sama Bapak?" Khairy membuka pembicaraan. Bapak dan ibu si gadis pun menjawab "Walaikumsalam, anak. Alhamdulillah kami sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat. Oh ya, anak Khairy bisa kok, ada apa ya, anak?" 

"Jadi begini pak saya langsung saja ke intinya ya. Saya berniat untuk melamar dan menikahi anak Bapak karena tanpa Bapak dan anak Bapak sadari, anak Bapak telah mengusik hati saya, Pak. Saya telah membuang waktu saya untuk memikirkan anak Bapak. Memang saya sudah berusaha untuk menepisnya, Pak, namun apalah daya kita hanya manusia yang lemah yang tak mampu untu menahan itu semua, Pak. Saya memang tidak mempunyai apa-apa pak, bahkan saya seolah-olah biduk kecil. 

Banyak orang yang telah berlayar sekian lamanya dalam sebuah bahtera, sementara saya masih berada di dermaga dan bahkan saya tengah mencari dayung untuk menjalankan biduk ini, Pak. Inilah kehidupan saya, Pak. Tidak punya apa-apa yang Bapak harapkan, namun saya hanya bisa berjanji kepada Bapak bahwa selama anak Bapak di dalam naungan saya, saya tidak akan menyia-nyiakannya, Pak. 

Saya akan berusaha membimbingnya, Pak. Mungkin Bapak melihat kami masih terlalu hijau untuk menikah. Namun, Bapak perlu ketahui bahwa jika tidak dengan ini, kami takut akan terjadi hal yang merusak agama kami, Pak. Karena itu, saya memberanikan diri untuk berjalan dalam langkah ini meskipun langkah saya masih tertatih-tatih, Pak." Khariy mengadukan semua isi hatinya kepada ayah samg gadis itu. 

"Begini, nak, saya sangat menghargai semua upaya kamu anak, dan saya merasakan apa yang kamu rasakan pula anak, tapi apakah kalian sudah benar-benar yakin akan ini semua?" Tanya ayah sang gadis. "In syaa Allah, Pak, kami sudah benar-benar yakin akan hal itu semua," jawab Khairy. 

Ayah sang gadis melanjutkan pembicaraanya "Kalau begitu aku datangkan keluargamu besok dan akan kunikahkan kalian besok, in syaa Allah." Akhirnya pemuda dan pemudi itu pun menangis terseduh-seduh karena tak menyangka pertemuannya di kampus hijau itu membawa kebahagiaan untuk mereka berdua dan sekaligus untuk kedua keluarga besar yang akan bersatu secara resmi tepatnya esok hari, Rabu, 18 Juli 2018 tersebut.

Keesoakan harinya keluarga Khairy pun datang kepada keluarga si gadis dan melangsungkan pernikahan untuk kedua anak mereka sebagai pasangan yang sah. dua keluarga besar itu pun bersatu dalam ikatan yang sangat kuat. Khairy dan Mutiara kini telah berada dalam kebahagiaan karena kemurnian cinta keduanya kini berpadu karena Allah Azza Wa Jalla.

Cerpen by:

Hamdan Susanto

Mahasiswa STKIP Paracendekia NW Sumbawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun