Mohon tunggu...
STKIP ParacendekiaNW
STKIP ParacendekiaNW Mohon Tunggu... Dosen - STKIP Paracendekia NW Sumbawa adalah perguruan tinggi keguruan yang mengelola dua program studi, yaitu Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Matematika (jenjang Sarjana)

BLOG STKIP PARACENDEKIA NW SUMBAWA Wadah publikasi tulisan ilmiah populer dan karya sastra mahasiswa dan dosen STKIP Paracendekia NW Sumbawa Penyunting: Prof. Iwan Jazadi, Ph.D., Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris dan Ketua STKIP Paracendekia NW Sumbawa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Harapan di Ujung Senja

27 Desember 2018   16:24 Diperbarui: 27 Desember 2018   16:58 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja terlihat menuruni luasnya angkasa untuk mendalami dalamnya lautan karena waktu pun telah menunjukkan pukul 6.00. Artinya kesepakatannya dengan sang gadis sudah mulai. Namun, sang gadis yang tengah ia tunggu pun tak muncul di hadapannya, bahkan hingga 10 menit lewat dari rencana itu. Ia mulai gelisah karena gadis yang tengah ia nanti-nanti tak kunjung menemuinya pula. Ia bahkan meneteskan air mata kesabaran akan takdir yang kini tak berpihak padanya itu. 

Namun, siapa sangaka lima menit setelah itu, tepatnya pukul 6.15 PM, di linangan air mata itu, ia terperanjak karena mendengar suara lirih yang memanggilnya. Suara itu tak pernah asing di telinganya, bahkan sangat familiar karena itulah suara dari sang gadis yang tengah ia nanti selama ini, "Khairy", sayup-sayup suara itu mendekat dan Khairy pun mengembangkan senyumnya karena ternyata cintanya pun telah terbalaskan dengan persaksian senja dan lautan yang begitu heningnya pada saat itu, seolah-olah mereka tak mau mengusik dua insan yang akan memadu asmara tersebut.

Gadis itu pun kini sudah berada tepat di depannya, "Saudaraku, kini ku telah putuskan untuk mengambil langkah ini, untuk menikah walaupun umur kita nan hijaunya. Ku tahu jika jalan hati telah terbuka, hanya yang ada syahwatlah yang akan mendominasi iman. Maafkanlah aku yang tengah mengusik keimananmu. Kini bimbinglah aku dengan petunjuk Rabb kita. Jadilah imam untukku dan untuk anak-anakku. 

Semoga kita bisa saling melengkapi dan menyempurnakan, terlebih-lebih lagi di dalam masalah agama yang akan menuntun kita untuk hidup abadi di dalam syurganya. Sekarang iktuuilah aku! Aku akan membawamu untuk menemui ayahku di rumah." Gadis itu berkata dengan lirihnya. 

"Baiklah Saudariku, aku akan mengikutimu ke rumahmu untuk bertemu dengan ayahmu, tapi sebelum itu mari kita laksanakan sholat magrib terlebih dahulu di masjid terdekat yang kita jumpai," kata Khairy mengajak. "Baiklah," jawab gadis itu. Mereka berdua melaju diawali oleh Khairy, kemudian gadis itu mengikutinya dari belakang. Namun, tak berapa jauh jaraknya mereka berhenti di sebuah masjid di samping jalan dan segera mereka memasuki masjid setelah berwudhu agar mereka tidak ketinggalan dari imam di masjid tersebut. 

Sholat pun usai. Mereka melanjutkan perjalanan ke rumah sang gadis yang terbilang sangat dekat dari pantai itu. Namun, kini yang berjalan duluan adalah sanga gadis karena ialah yang menuntun Khairy ke rumahnya tersebut karena pada Khairy tak pernah sekali pun datang bersilaturahmi ke rumah sang gadis. Sesampainya di sana, keduanya masuk ke rumah sanga gadis dan di sana Khairy diperkenalkan oleh gadis tersebut hingga ia pun disambut oleh kedua orang tua si gadis. 

"Assalamualaikum, Bapak, Ibu! Apa khabar? Nama saya Khairy, Pak. Pak, boleh kah saya minta waktu Bapak sebentar saja karena saya punya keperluan sama Bapak?" Khairy membuka pembicaraan. Bapak dan ibu si gadis pun menjawab "Walaikumsalam, anak. Alhamdulillah kami sekeluarga dalam keadaan sehat wal afiat. Oh ya, anak Khairy bisa kok, ada apa ya, anak?" 

"Jadi begini pak saya langsung saja ke intinya ya. Saya berniat untuk melamar dan menikahi anak Bapak karena tanpa Bapak dan anak Bapak sadari, anak Bapak telah mengusik hati saya, Pak. Saya telah membuang waktu saya untuk memikirkan anak Bapak. Memang saya sudah berusaha untuk menepisnya, Pak, namun apalah daya kita hanya manusia yang lemah yang tak mampu untu menahan itu semua, Pak. Saya memang tidak mempunyai apa-apa pak, bahkan saya seolah-olah biduk kecil. 

Banyak orang yang telah berlayar sekian lamanya dalam sebuah bahtera, sementara saya masih berada di dermaga dan bahkan saya tengah mencari dayung untuk menjalankan biduk ini, Pak. Inilah kehidupan saya, Pak. Tidak punya apa-apa yang Bapak harapkan, namun saya hanya bisa berjanji kepada Bapak bahwa selama anak Bapak di dalam naungan saya, saya tidak akan menyia-nyiakannya, Pak. 

Saya akan berusaha membimbingnya, Pak. Mungkin Bapak melihat kami masih terlalu hijau untuk menikah. Namun, Bapak perlu ketahui bahwa jika tidak dengan ini, kami takut akan terjadi hal yang merusak agama kami, Pak. Karena itu, saya memberanikan diri untuk berjalan dalam langkah ini meskipun langkah saya masih tertatih-tatih, Pak." Khariy mengadukan semua isi hatinya kepada ayah samg gadis itu. 

"Begini, nak, saya sangat menghargai semua upaya kamu anak, dan saya merasakan apa yang kamu rasakan pula anak, tapi apakah kalian sudah benar-benar yakin akan ini semua?" Tanya ayah sang gadis. "In syaa Allah, Pak, kami sudah benar-benar yakin akan hal itu semua," jawab Khairy. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun