Tak ada angkutan, tak ada uang tak juga ada keberanian untuk minta tolong kepada orang lain termasuk kepada saya.Â
Saya sudah 2 tahun tinggal disitu dan seringkali mengatakan bahwa kalau ada apa-apa silakan dihubungi kapan saja. Desa mereka adalah salah satu dari 9 desa yang saya dampingi
Namun, itulah kondisi psikologi orang desa yang masih takut atau sungkan untuk meminta tolong kepada orang lain yang dianggapnya lebih berkuasa atau lebih pintar. Apalagi saya satu satunya orang Jawa di desa tersebut.Â
Malam itu juga saya memutuskan untuk membawa sang anak ke puskesmas kecamatan.
Masalah muncul, pasien tidak mungkin dibonceng motor sementara tak ada mobil di desa itu.Â
Setelah meminta keluarga pasien mempersiapkan diri, saya mencari angkudes dari desa terdekat untuk dicarter.Â
Beruntung saya banyak mengenal warga diwilayah itu. Walaupun sudah jam 11 malam, hanya sekali ketuk pintu, sang pemilik langsung bersedia mengantar kami.Â
Sesampainya di puskesmas, masalah muncul lagi. Karena sudah larut malam, Pukesmas kosong! Tidak ada seorangpun berada disana.Â
Dokternya tidak ada di tempat karena sedang menghadiri sebuah acara. Saya harus bertanya sana sini untuk mengetahui keberadaan sang dokter.Â
Sementara itu kondisi pasien terlihat semakin lemah. Dia dalam keadaan demam tinggi dan sering mengigau.Â
Akhirnya dokter berhasil saya temukan. Sekitar jam 12 malam beliau baru tiba di puskesmas.Â