"Yaudah! Kita main sendiri aja, yuk!" ucap kedua temannya yang kemudian asyik bermain berdua.
"Jaga barang-batang kalian, aku mau pulang!" ucapnya dingin, meninggalkan seonggok tas yang sedari tadi ia jaga.
Kedua temannya menatap kesal kepergian salah satu diantara mereka. 'Good job' ucapku dalam hati seraya melihat seorang anak yang nyaris tenggelam dalam kejauhan. Dia memiliki keberanian yang luar biasa.
"Sudah lama tak berjumpa,"
Deep voice laki-laki mengalihkan atensiku. Secepat kilat kepalaku menoleh ketika hembusan angin tak lagi menusuk tubuhku. Badan atletis itu seakan menutup rapat terpaan angin dari arah kananku. J, laki-laki yang kutemui beberapa bulan lalu di tempat yang sama.
"Rupanya, dirimu."
Aku menghela napas lega tatkala kedua netra kita saling bertemu. Entah, apa yang membuatku lega, meski jelas dia bukanlah temanku. Ini kali kedua kita bertemu. Netra hitam lekat itu, seakan mampu menyihir perasaanku yang sedang penuh bara kebencian.
"Sendiri?"
"Hmm, lagi pula aku tak memiliki teman. How about you?"
Dia hanya terdiam, menyadarkan tubuhnya pada kursi taman. Melihat sekeliling yang dipenuhi tawa riang kebersamaan manusia. Aku melihatnya yang seakan mengamati aktivitas di setiap sudut taman.
"I don't think so."