Mohon tunggu...
Lardianto Budhi
Lardianto Budhi Mohon Tunggu... Menulis itu Membahagiakan

Guru yang suka menulis,buat film,dan bermain gamelan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Puisi yang Dibaca Sukmawati dan Nasib "Bebrayan" Sosial Kita

4 April 2018   17:18 Diperbarui: 4 April 2018   21:28 3349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada konteks pembacaan puisi Sukmawati, saya berpendapat bahwa membandingkan antara budaya dan agama sungguh sangat tidak tepat. Agama dan budaya adalah dua hal yang tidak boleh dihadapkan secara antagonistik. Agama itu "produk" nya Tuhan, sementara budaya adalah buah budi manusia. Mana mungkin Tuhan dan manusia saling menegasikan?

Memaknai suatu karya seni atau obyek yang indikatif dengan rasa estetis seharusnya dengan pemahaman bahwa tidak ada yang lebih indah satu sama lain, lebih-lebih saling merendahkan.

Karawitan tidak lebih indah dari Jazz, Kidung Macapat tidak lebih indah dari alunan melodis suara azan atau pun sebaliknya. Semuanya, dalam tataran estetika memiliki keindahan masing-masing yang tidak perlu dibanding-bandingkan. Apalagi bila membandingkannya dengan niat untuk merendahkan satu sama lain.

Saya berkeyakinan yang lebih baik kita lakukan sebagai bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia adalah marilah kita mulai membangun kebersamaan dan prasangka baik mulai dari tingkat paling bawah,yakni keluarga kita,syukur masyarakat kampung kita, desa kita. 

Para pemuka masyarakat, para tokoh agama atau tokoh apapun seyogyanya mengambil tempat dan sikap yang selalu memperhitungkan equilirium bebrayan agung kita dalam berbangsa dan bernegara. Kalau kita tidak bisa saling menahan diri, dan terus saling memaksakan kebenaran, berarti kita sungguh-sungguh sedang merencanakan kehancuran kita sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun