Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan.Soetiyastoko | Lanskap Kata-Kata, Penghancur Masa Depan Anak Indonesia

19 September 2025   00:44 Diperbarui: 19 September 2025   00:44 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Endang JACK Setiawan keinginan besarnya: Generasi penerus tumbuh hebat.Dok.Pri.

Pendidikan  |  *Lanskap Kata-Kata, Penghancur Masa Depan Anak Indonesia*
Bagian 1

DikToko
(Soetiyastoko)

Makan Bergizi Gratis alias  MBG --tujuannya agar fisik generasi penerus, kuat dan sehat. Tumbuh tinggi dan cerdas.

Lalu upaya kita, agar tubuh yang tinggi dan otak yang cerdas itu --tidak bermental miskin ?

Artikel ini akan mencoba mencari jawaban untuk mencegah terbentuknya mentalitas miskin. Mentalitas miskin yang menghambat kemajuan generasi penerus bangsa besar ini.

***

Bayangkan sebuah benih. Benih yang ditakdirkan untuk tumbuh menjadi pohon yang rindang, berbuah lebat, dan akarnya menghujam kuat ke dalam bumi.

Benih itu adalah jiwa seorang anak. Lanskap tempat ia tumbuh---tanah, udara, dan cahaya---adalah *pola pikir orangtuanya*.

Bagaimana jika lanskap yang "instal" itu tentang kegersangan. Tentang kekhawatiran yang terus-menerus, dan disirami oleh kata-kata yang bukan air penumbuh, melainkan garam yang mengeringkan?

Kita sering sekali terjebak dalam pemahaman yang sempit tentang kemiskinan.

Kita mengukurnya dari angka di rekening bank, dari genteng yang bocor, atau dari sepatu yang usang. Namun, ada kemiskinan yang lebih sunyi, lebih dalam, dan lebih menentukan nasib seorang anak: kemiskinan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun