Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat pendidikan nasional, sosial, dan pengamat sepak bola nasional. Ini Akun ke-4. Akun ke-1 sudah Penjelajah. Tahun 2019 mendapat 3 Kategori: KOMPASIANER TERPOPULER 2019, ARTIKEL HEADLINE TERPOPULER 2019, dan ARTIKEL TERPOPULER RUBRIK TEKNOLOGI 2019

Bekerjalah dengan benar, bukan sekadar baik

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tragedi Kanjuruhan, Rumus Sebab-Konflik-Akibat, Rendahnya Kecerdasan, dan Seharusnya PPKGBK itu, PSSI

2 Oktober 2022   22:19 Diperbarui: 2 Oktober 2022   23:05 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Supartono JW (SJW)


Rendah intelegensi-personality, tidak dekat sastra=tidak berbudi. Buta paham sebab-konflik-akibat, ujungnya produktif membuat tragedi.

(Supartono JW.02102022)

Belasungkawa yang sedalamnya untuk para korban meninggal. Semoga para korban meninggal TARGEDI KANJURUHAN, Husnul Khatimah. Aamiin.

Akibat tragedi Kanjuruhan, Presiden Jokowi (Jokowi) resmi memerintahkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menghentikan sementara kompetisi BRI Liga 1.

Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022, pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya menjadi tragedi kemanusiaan terbesar di Indonesia dan dunia khususnya dalam sepak bola yang telah merenggut ratusan nyawa. Bahkan di antaranya adalah bukan pemicu atau pelaku ricuh, tetapi hanya sebagai korban yang tidak bersalah/berdosa.

Karenanya, tepat bila Presiden menyatakan bahwa penghentian kompetisi BRI Liga 1 diperlukan untuk mengevaluasi prosedur pengamanan. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan yang juga mendapatkan tugas dari Presiden Jokowi untuk mengevalusi secara menyeluruh pelaksanaan pertandingan sepak bola dan prosedur pengaman penyelenggaraannya.

Lengkapnya, perintah Presiden adalah:
"Saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan," kata Jokowi dalam keterangan pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Ahad, 2 Oktober 2022.
Khusus bagi Kapolri, Jokowi meminta dilakukan investasi dan mengusut tuntas kasus ini.

Presiden melanjutkan:
"Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini, saya harap ini tragedi terakhir sepak bola di tanah air, jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang," kata Jokowi.

Selanjutnya, Presiden juga telah memberi perintah kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk memonitor pelayanan medis bagi korban yang dirawat di rumah sakit agar mendapatkan pelayanan terbaik.

Tragedi Kanjuruhan yang kini sudah disorot FIFA dan Dunia, menjadi kisah kelam untuk sepak bola nasional, dan bisa jadi, FIFA juga akan memberikan sanksi untuk PSSI, sebab memang ada Peraturan FIFA yang dilanggar  dalam Tragedi Kanjuruhan, yaitu penggunaan gas air mata oleh polisi. Menurut aturan FIFA, aparat keamanan dilarang membawa senjata api atau pun senjata pengendali massa seperti gas air mata ke dalam stadion.

Kesalahan berjamaah, edukasi suporter?

Melayangnya ratusan nyawa, adalah kesalahan berjamaah oleh seluruh stakeholder yang terkait sepak bola di Indonesia, di luar kesalahan utama yang dilakukan oleh suporter.

Sebelum kejadian Tragedi Kanjuruhan, saya baru saja menulis artikel tentang Kecerdasan Indonesia yang terus terpuruk. Saya anggap sakit, pada Kamis, (29/9/2022). Pasalnya, pendidikan Indonesia terus tercecer dari negara lain di dunia. Kecerdasan yang diukur dari tingkat literasi, matematika, dan sains.

Atas kelemahan kecerdasan Indonesia, kasus Tragedi Kanjuruhan pun kini mengemuka berbagai opini yang ujungnya saling menyalahkan. Ada pihak yang akan membela diri, ada pihak yang disudutkan dan lainnya. Ini adalah cermin rendahnya kecerdasan, sebab lemah literasi (keterampilan kehidupan), matematik (analisis), dan sains (pengetahuan).

Padahal bila paham RUMUS: Sebab/Masalah, konflik, dan akibat, maka Tragedi Kanjuruhan itu bisa dibuat rumus sebagai berikut:

Pertama, dari kesalahan PANITIA PELAKSANA LAGA.

SEBAB/MASALAHNYA: Panitia membuat sebab/masalah, tetap menggelar laga pukul 20.00 WIB, bukan mengikuti saran Kepolisian dimajukan pukul 15.30 WIB.
KONFLIKNYA: Suporter tidak terima kekalahan, sebagian membuat ricuh, Polisi bermaksud mengamankan, tetapi memakai gas air mata.
AKIBATNYA: Jatuh korban meninggal.

Kedua, dari KESALAHAN SUPORTER

SEBAB/MASALAH: Suporter lemah intelegensi dan personaliti yang ada di dalam Stadion, tidak terima timnya kalah.
KONFLIK: Suporter membuat ulah masuk lapangan dan membikin ricuh.
KONFLIK LANJUTAN: Polisi bermaksud mengamankan, tetapi memakai gas air mata.
AKIBATNYA: Suporter ingin menyelamatkan diri, sesak nafas, dan meninggal karena berebut ke luar dari Stadion, ada yang meninggal karena kehabisan nafas karena terinjak-injak suporter lain.

KETIGA, kesalahan Polisi

SEBAB/MASALAH: PSSI tidak memberi informasi/sudah memberi tahu polisi, bila gas air mata dilarang masuk Stadion.
KONFLIK: Polisi tetap menggunakan gas air mata.
AKIBAT: Gas air mata hilangkan ratusan nyawa suporter.

KESALAHAN PSSI

SEBAB/MASALAH: Tidak pernah melakukan edukasi suporter secara tuntas dan komprehensif, parsial pun tidak nampak buktinya.
KONFLIK: Suporter tidak cerdas intelegensi dan tidak cerdas personality, terus membaur dengan suporter lain yang sudah cerdas. Selalu memicu rusuh dan ricuh baik di dalam mau pun di luar Stadion.
AKIBAT: Suporter tidak cerdas intelegensi dan tidak cerdas personality alias kampungan, selalu menjadi bahaya laten sepak bola nasional.

Dari 4 Rumus tersebut, yang dapat dibenarkan dari sudut pandang literasi, matematik, dan sains, maka dapat disimpulkan akar masalahnya hingga Tragedi Kanjuruhan dan Tragedi-Tragedi sebelumnya terjadi dalam sepak bola nasional yang dipicu oleh ulah suporter.

Dari 4 Rumus tersebut, dapat disimpulkan, siapa yang dalam hal ini paling menjadi penyebab masalah suporter rusuh.

Andai PPKGBK itu, PSSI

Andai saja PSSI seperti Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPKGBK), yang cukup sigap dan cerdas menyelamatkan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dari suporter kampungan, saya yakin Tragedi-Tragedi suporter di Indonesia hingga Tragedi Kanjuruhan tidak akan terjadi.@

Saya acungkan jempol kepada PPKGBK yang telah mengundang saya menjadi Nara Sumber, dalam mengatasi masalah suporter, hingga saya menyusun: Panduan Menjadi Penonton Sepakbola yang Benar dengan Makalah berjudul:
PROGRAM  EDUKASI SUPORTER SEPAK BOLA INDONESIA (PESSI).

Dari rintisan makalah yang saya tulis berisi panduan untuk kebutuhan PPKGBK dalam mengatasi dan menyelematakan SUGBK  dari suporter kampungan, ujungnya saya tawarkan PROGRAM EDUKASI SUPORTER SEPAK BOLA INDONESIA (PESSI) kepada Direktur Utama PPKGBK, namun  Direktur Utama PPKGBK saat itu, menjawab bahwa tugasnya hanya menyelematkan SUGBK dan fasilitas lain di lingkungan PPKGBK dari tindakan suporter  yang salah dan merusak.

PESSI sebagai program mencerdaskan suporter Indonesia yang seharusnya memang dijalankan untuk mengedukasi suporter sepak bola nasional, suporter klub dari hulu ke hilir,  penanggungjawabnya adalah PSSI, bukan PPKGBK. Sayang, hingga saat ini, PSSI pun tidak bergeming hingga Tragedi Kanjuruhan terjadi.

Bila ada orang-orang yang menyebut, Tragedi Kanjuruhan tidak disangka sebelumnya, maaf, itu adalah pernyataan BODOH. Sebab, dari literasi, catatan matematis rivalitas Aremania dan Bonek, catatan suporter yang tidak pernah diedukasi, catatan kerusuhan, hingga catatan sians, yaitu sudah ada usulan memajukan waktu kick off. Itu adalah bukti bahwa, sudah terdeteksi akan ada bahaya dari kisah laga di Kanjuruhan itu.

PSSI, sebagai rakyat jelata, saya bertanya, di mana dan ke mana Divisi Pembinaan Suporter (DPS) itu? Mengapa Tragedi Kanjuruhan sampai terjadi? Siapa yang salah sesuai Rumus sebab/masalah, konflik, akibat?

PPKGBK saja sudah konsen mengatasi masalah suporter kampungan dengan PESSI yang saya buat dan sangat serius menanganinya di bulan Februari 2018 agar SUGBK selamat dari anarkisme suporter. Seharusnya, PPKGBK itu PSSI, karena lebih konsen mengatasi suporter anarkis dan tidak cerdas.

Ini kesalahan dan kampungannya suporter malah menjadi lahan mengeruk uang oleh PSSI via Komisi Disiplin (Komdis) dari menjatuhkan sanksi hukuman kepada Klub. Kasus Kanjuruhan pun, PSSI begitu cepat menjatuhkan hukuman kepada Arema Malang.

Kira-kira apa sanksi FIFA setelah Tragedi Kanjuruhan? Siapa yang akan dinyatakan bersalah hingga ratusan nyawa melauyang? Bagaimana hasil investigasi polisi? Apakah kasus ini akan menguap lagi? Bagaimana edukasi suporter oleh PSSI setelah ini? Ini momentum untuk SADAR DIRI, SETOP NYAWA MELAYANG di Sepak bola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun