Setelah diperiksa, dokter mengungkapkan paru-paru pria itu hancur. Itu karena berolahraga intens mengenakan masker. Pemberitaan ini menimbulkan kekhawatiran. Benarkah olahraga pakai masker berbahaya?
Sejauh ini masih terjadi silang pendapat. Menurut dr. Rahmita, jogging atau lari sambil memakai masker berisiko menyebabkan terjadinya pneumothorax atau kolaps paru.
Jika prioritasnya untuk performance, olahraga yang dilakukan cenderung memiliki intensitas tinggi. Ini ditandai antara lain dengan denyut nadi yang tinggi, pernapasan cepat, dan susah berbicara.
Penggunaan masker pada jenis olahraga seperti ini sebaiknya dihindari. Kebutuhan oksigen akan sangat tinggi dan masker akan menghambat pertukaran udara.
Masker dapat menyebabkan peningkatan produksi lendir hidung, serta menciptakan genangan keringat di sekitar mulut, yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan.
Dokter Spesialis Olaharaga dr. Michael Triangto, Sp. KO tidak sepakat. Masker tidaklah berbahaya saat berolahraga. Bergantung pada bagaimana si pemakainya menggunakannya.
Katanya masker saat olahraga membuat kita mampu bernapas dengan udara yang lebih tipis oksigennya. Berarti paru-paru akan baik. Berarti, akan baik juga untuk jantung.
Tapi, berolahraga menggunakan masker akan membuat penggunanya kesulitan bernapas atau sesak napas. Risiko ini dialami dengan catatan pengguna masker melakukan olahraga berat.
Kesimpulannya: penggunaan masker saat berolahraga bagi orang yang memiliki riwayat penyakit jantung dan penyakit pernapasan, sebaiknya dihindari. Lebih baik olahraga ringan di rumah tanpa masker.
Kegiatan olahraga memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
menjamin "a healthy way of life". Kegiatan olahraga dapat menciptakan keseimbangan yang serasi antara jasmani dan rohani.
Bila saat olahraga denyut jantung mendadak naik atau turun, berarti latihan yang dilakukan melampaui takaran. Kurangi intensitasnya. Demikian pula bila timbul rasa nyeri di dada.