Mohon tunggu...
Siti Sanisah Rasyid
Siti Sanisah Rasyid Mohon Tunggu... Guru - Penulis jalanan

Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Genderang Perang Pemilu 2024

21 April 2022   07:16 Diperbarui: 21 April 2022   07:20 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Proses yang terjadi pada era artificial intelligence ini tentu menyertakan pemanfaatan media di dalamnya, dimanfaatkan sebagai ajang "diskusi" virtual yang paling diminati oleh segenap kalangan, sekaligus nyaris tanpa batas. 

Media (terlebih sosial media) juga sudah dijadikan serupa senjata untuk mengumbar berbagai informasi dan data, mengarahkan berbagai macam opini, bahkan tanpa beban berusaha mengkibuli orang lain dengan fakta, data dan informasi palsu. Bermula dari kicauan pada sosial media inilah perang opini dimulai dan menjadi kian ramai dari hari ke hari. 

Tidak salah jika kita me-rewind sedikit kenangan, perang saudara antar pendukung Presiden Jokowi dengan Prabowo di Pemilu sebelumnya, hingga kini masih menyisakan aura kepuasan dan ketidakpuasan yang diungkapkan dalam berbagai bentuk termasuk olok-olok antara kecebong dan kadrun. 

Hiruk pikuk Pemilu seolah memposisikan negeri ini pada kondisi perang yang sesungguhnya, antara hidup dan mati dalam membela kandidat yang didukung. 

Aksi tim sukses pun kian menjadi-jadi, tidak jarang mereka mencipta ketidaknyamanan bagi warga masyarakat jika ajakan untuk mendukung salah satu kandidat tidak direspon dengan baik oleh kelompok masyarakat tertentu.

Jelas terpampang bahwa pertikaian masa lalu telah menjadi bibit pada perang pendukung saat ini. Sebenarnya kepiawaian dan kebijakan kandidat sangat berperan dalam meredam aksi para supporter, guna meminimalisir pertikaian baik secara langsung maupun dalam dunia maya. 

Kemampuan mereka dalam meredam massa pendukung adalah indikator awal kemampuan mereka ke depan dalam mengurus rakyat. Jika dari sekarang, mereka tidak mampu mengelola dan meredam emosi massa pendukung sudah tentu kemampuan leader of leadership patut dipertanyakan.  Sayangnya, sang kandidat yang dibela ternyata asik dengan kegiatan mereka sendiri. 

Bayangan perang pendukung di 2024 sudah dapat diprediksi dari sekarang. Dalam satu kesempatan, ketika Presiden sedang melakukan kunjungan kerja dengan Menteri Pertahanan, masyarakat begitu antusias meneriakkan nama Prabowo. 

Kondisi ini tidak berbeda jauh ketika seorang Anies Baswedan datang ke Lombok atau ke masjid kampus UGM. Teriakan masyarakat yang menyebut Anies sebagai presiden 2024 bergema mengisi ruang kosong cakrawala. 

Belum lagi suara tabuhan genderang pendukung Ganjar Pranowo, kubu Puan Maharani atau Agus HY. Semakin banyak tokoh yang digadang sebagai kandidat presiden maka perdebatan seru di sosial media maupun suara genderang perang akan semakin ramai. Belum lagi pemilihan gubernur, bupati, anggota DPD dan DPR.

Saya sendiri diwajibkan berada pada posisi tengah dan asyik mengamati dinamika yang terjadi. Bukan dengan maksud tidak peduli, tetapi dalam kondisi demikian, rasa peduli pun akan sia-sia karena salah satu golongan yang paling sulit dinasehati adalah tim sukses. Hal yang paling diharapkan adalah bergabung dan menjadi pendukung salah satu kandidat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun