Hamid mengangguk. "Aku mengerti perasaanmu. Ia tak pantas mendapatkanmu."
   Rani mendeham. "Lalu, bagaimana dengan dirimu? Aku pernah menyusul ke asramamu. Katanya, kau sudah menikah dan tidak tinggal di asrama lagi."
    "Ya, aku menikah dengan gadis pilihan ibuku."
    "Selamat ya untuk pernikahanmu."
    Suasana canggung pun menyelimuti sepasang mantan kekasih tersebut. Rani tertunduk sehingga Hamid tak bisa membaca perasaan galau yang berkecamuk di matanya.
    "Ran?"
    "Ya?"
    Hamid mendesah. Ia meraih Rani ke dalam pelukannya. "Aku menyesal. Seharusnya, aku bersabar dan meraihmu. Karena kecewa pada pertunanganmu, aku malah menikahi Desi. Kami sudah memiliki 1 bayi laki-laki."
    "Kau memelukku seperti ini. Nanti istrimu marah padaku."
    "Aku menyesal menikahi Desi. Kami tak cocok."
    Rani bergeming. Ia bingung harus merespon apa. Walaupun ia mendorong perlahan dada Hamid, tapi pria keras kepala itu bergeming dan tetap memeluknya erat.