Beberapa waktu lalu, saya duduk di depan laptop, membuka dokumen kosong, niat menulis sudah ada sejak pagi. Tapi entah kenapa, satu kata pun tak mengalir. Bukan karena tidak ada ide, justru terlalu banyak yang ingin ditulis, namun semuanya menguap begitu saja. Saya hanya menatap layar, lalu menatap jam, dan akhirnya memutuskan menyeduh kopi kedua.
Apa yang saya alami saat itu ternyata bukan kemalasan, bukan juga kebuntuan biasa. Itu adalah mental block satu kondisi yang sering hadir diam-diam namun efeknya bisa begitu mengganggu, terutama bagi mereka yang mengandalkan pikiran sebagai alat kerja utama: penulis, guru, perancang kebijakan, bahkan orang tua rumah tangga sekalipun.
Mental Block: Musuh Tak Terlihat
Mental block adalah kondisi ketika otak seolah "macet". Kita tahu apa yang harus dilakukan, kita sadar ada tanggung jawab yang menunggu, tetapi pikiran seperti berhenti bekerja, yang tersisa hanya perasaan frustrasi, cemas, dan kadang sedih.
Ini bukan soal kurang pintar atau tidak kreatif. Banyak orang hebat mengalami hal ini. Bahkan para tokoh dunia pernah bercerita tentang masa-masa ketika mereka kehilangan semangat dan arah berpikir.
Apa Penyebabnya?
Setelah saya refleksikan, banyak hal bisa jadi pemicu:
- Perfeksionisme: Keinginan untuk sempurna justru membuat kita takut memulai.
- Tekanan sosial dan pekerjaan: Ekspektasi dari luar kadang membuat otak menutup diri.
- Kelelahan mental: Kita ini bukan robot. Kalau dipaksa terus, ya bisa "hang" juga.
- Overthinking: Terlalu banyak skenario di kepala, akhirnya tidak ada yang dijalankan.
Cara Saya Mengatasinya
Setiap orang punya cara sendiri, tapi berikut beberapa yang saya pelajari dari pengalaman pribadi dan berbincang dengan teman-teman:
1. Jeda sejenak bukan berarti menyerah