Bukan hanya soal minat pasar, kenyataannya pornografi juga sangat potensial membantu bisnis mendulang keuntungan.
Salah satu Tim Peneliti University of Georgia, Tom Reichert, menarik kesimpulan mengapa 20% bisnis yang ia teliti menggunakan daya tarik seksual dalam promosi. Menurutnya, Â "Seks menjual karena menarik perhatian. Orang-orang dirancang untuk memperhatikan informasi yang relevan secara seksual, sehingga iklan dengan konten seksual diperhatikan."[8]
Ringkasnya, jumlah promosi pornografi yang marak itu dapat memuaskan hasrat perusahaan untuk mendulang keuntungan. Buktinya, ada banyak perusahaan yang menggunakannya.
Dampak Negatif Komodifikasi Konten Novel berbau Pornografi
Pada dasarnya, tak masalah jika sebuah bisnis melakukan komodifikasi lalu mencari keuntungan dan menyesuaikan diri dengan selera pasar. Namun, hal ini menjadi problem ketika komodifikasi mendorong pelaku bisnis untuk menafikan nilai-nilai yang jauh lebih esensial. Mulai dari nilai agama, moral, sosial, hingga aturan negara.
Faktanya, berdasarkan berbagai riset, pornografi memicu dampak negatif yang tidak sederhana. Tentu saja, dampak ini juga dapat berimbas terhadap pembaca novel. Hal inilah yang saya soroti secara serius. Berikut beberapa di antaranya:
Dampak Individual
Tingkat kerentanan dampak negatif dari pornografi sangat besar terhadap kalangan anak dan remaja. Akses novel berbau pornografi yang juga menjangkau segmentasi ini tentu menjadi sesuatu yang wajib diwaspadai.
Kemendikbud menguraikan beberapa efek negatifnya. antara lain: [9]
Kerusakan otak; akibat elemen otak bernama prefrontal cortex terlalu banyak dibanjiri dopamin yang dihasilkan saat membaca konten porno.
Gangguan emosi; bentuknya mudah marah, tersinggung, mudah lupa, dan kerap merasa cemas.