Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Renungan Pagi Buta

9 November 2015   01:37 Diperbarui: 9 November 2015   02:21 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber| Ilustrasi| wrtrough.com"][/caption]

Wajah yang mulai keriput dan kehitaman itu terus berjalan, dengan senyum bahagia

menyusuri jalan setapak yang tak asing

Mereka hanya ingin anak-anaknya kelak bahagia

Simple, agar bisa terus melanjutkan pendidikan dan bisa hidup mapan, tidak seperti mereka

 


Tak ada sedikitpun rasa, keinginan

“kelak, jika anaku sudah mapan, ia pasti akan membahagiakan kami”

Tidak, sama sekali tidak ada sedikitpun rasa itu timbul

Tak pernah ucapan itu keluar, walau tak sengaja mereka lontarkan

Sama sekali aku tak pernah mendengarnya

 

Ketika azan subuh berkumandang

Selesai berdo'a

Mereka juga hilang dibalik rimbunan pohon bambu dan pekatnya kabut pagi

Aku sendiri masih berselimutkan jarik

Hawa dingin membuatku malas bangun dan bergegas bangkit, Ku tarik kakiku hingga masuk kedalam selimut

 

Dan ketika ayam berkokok saling bersahutan

Mereka telah kembali dengan keringat yang bercucuran

Matahari mulai menampakan senyumnya

Bapak telah siap untuk menjajakan hasil kebunya ke mana saja

 

Sepeda ontel yang sudah usang siap menemani perjalanan bapak

menawarkan hasil kebunya

Sedangkan ibu sibuk membuatkan sarapan untuk anak-anaknya

semua harus sarapan sebelum berangkat ke sekolah

 

Sementara bapak dengan sepeda ontelnya sudah jauh berjalan

dengan senyum dan semangat menawarkan hasil kebun

dari Warung ke Warung, kedai satu kekedai lainya

Jika matahari belum tepat diatas kepala

bapak tidak akan pulang

Jam bapak ya matahari dan alunan adzan dari toa Musholah

Bapak bergulat dengan waktu

mengais rezeki untuk masa depan anak-anaknya

Jika senang selalu dirasakan dengan anak-anaknya

dan jika susah hanya mereka berdua yang merasakanya

 

Mereka rela makan beras jagung dan anaknya makan beras padi untuk dimasak

jika penen telah tiba, maka beras jagung dan beras padi akan dicampur

dan dimasak dalam satu Priuk

 

Kini mereka sudah semangkin renta

menikmati sisa hidup dan kebahagiaan

anak-anak kecil yang dulu sudah dewasa dan sudah menikah

serta memberi cucu untuk menarik senyum kebahagiaan

Tangisan dan teriakan si kecil membangunkan ingatan mereka

Ya!, Mereka sudah berhasil mendidik anak- anak yang dulu menjadi semangat hidup

berjuang tanpa kenal lelah

 

Tak perlu Aku tulis semua kebaikan mereka,

karena akan membutuhkan kertas dan pena sangat banyak

dan aku tak yakin sanggup untuk menulisnya

Mengenal diri sendiri adalah cermin untuk menilai apa yang sudah mereka lakukan sampai detik ini

 

Setiap hari mereka selalu setia menunggu,

menunggu kiriman uang dari anak-anaknya....?

menunggu kapan anak dan cucunya datang....?

"Jawabnya Tidak", mereka hanya menunggu telpon dari anak-anaknya

Mereka tidak ingin merepotkan anak-anaknya jika harus datang

Ya!, mereka hanya ingin mengetahui kabar anak dan cucunya

Sungguh hanya itu saja mereka sudah sangat bahagia 

 

Air mataku selalu menetes ketika mengingat perjuangan mereka

tak pernah mengeluh ketika masalah datang dan mendera

mendidik anak-anaknya agar selalu dan selalu bersyukur

apa saja yang telah diberikan oleh yang maha kuasa

 

Tuhan, berikanlah Aku kesempatan untuk selalu membahagiakan hari-hari mereka

walaupun jarak nan jauh berikanlah mereka kesehatan dimasa tuanya

Aku hanya ingin membahagiakan mereka dengan caraku

dengan tanganku sendiri

dengan keringatku sendiri

semoga doaku yang selalu kupanjatkan untuk mereka berdua di kabulkan oleh yang Maha Kuasa. Amin

 

Cibitung 20150911

Sumber Gambar :wrtrough.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun