Mohon tunggu...
Butet Pagaraji
Butet Pagaraji Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Penggila Tuhan dan Pencinta Ilmu, Alam Semesta serta Sesama Manusia

aku ruang di labirin jiwa, menganga, menelan makna, menuang cerita, tanpa bangga, hanya cinta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lev Vygotsky: Zone of Proximal Development

27 September 2021   02:54 Diperbarui: 17 Mei 2022   07:16 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.coachingthecoaches.net/blog/

Lev Semyonovich Vygotsky

Masih di dalam lingkaran bidang ilmu psikologi pendidikan dan perkembangan, seseorang bernama Lev Vygotsky, psikolog terkenal asal Belarusia Soviet, hadir dengan gagasan psikologi budaya-historis. 

Ia lahir dalam keluarga kelas menengah Yahudi yang tidak beragama, pada tanggal 17 November 1896 di Orsha, Belarusia yang masih merupakan kekaisaran Rusia pada masa itu, dan tumbuh besar di Gomel. Ibunya Celia Moiseevna Vigodskaya adalah seorang guru, dan ayahnya Simcha L. Vygotsky adalah seorang bankir. 

Setelah menyelesaikan pendidikan menengah pada tahun 1913, Vygotsky mengikuti pendidikan di University of Moscow dan mempelajari hukum. Setelah lulus, ia kemudian mengajar logika dan psikologi di sebuah perguruan tinggi di Gomel. 

Pada tahun 1924, ia diundang untuk bergabung dengan Moscow Institute of Experimental Psychology setelah berhasil memukau All-Union Congress II dengan pidatonya tentang Psikoneurologi. 

Selama hidupnya, ia dikenal sebagai psikolog inovatif yang membuat kemajuan signifikan di bidang perkembangan anak, psikologi perkembangan dan filsafat pendidikan. Konsepnya yang terkenal yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) atau zona perkembangan potensial dan teori sosiokultural. Namun ia meninggal pada usia 37 tahun akibat penyakit TBC, tahun 1934 di Moskow.

Zone of Proximal Development

Seseorang membentuk pengetahuan dan meningkatkan kemampuannya melalui pengalaman interpersonalnya yang disebut oleh Vygotsky sebagai fenomena meditasi budaya. Proses belajar seseorang berhubungan erat dengan rentang waktu yang dibutuhkan seseorang dari tahap mula-mula mempelajari hal baru, ke tahap dimana seseorang dapat mengerjakan tugas baru secara mandiri.

The distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance, or in collaboration with more capable peers (Vygotsky, 1978, p. 86).

Berdasarkan kutipan di atas, definisi zona perkembangan potensial atau Zone of Proximal Development (ZPD), adalah jarak antara apa yang dapat dilakukan oleh siswa sendiri dan apa yang dapat mereka capai dengan dukungan seseorang yang lebih memahami aktivitas pembelajaran atau The More Knowledgeable (MKO); dalam hal ini bisa saja orang tua, guru atau teman sebaya. ZPD juga mengukur keterampilan yang sedang mengalami proses pendewasaan; sebuah formula untuk menunjukkan kemampuan mandiri seorang pembelajar.

Sumber: https://www.simplypsychology.org
Sumber: https://www.simplypsychology.org

Jadi, terdapat dua level zona perkembangan, level yang pertama dimana anak melakukan tugasnya tanpa bantuan orang lain, dan zona kedua adalah “zona perkembangan potensial” atau ZPD dimana siswa berpotensi mampu melakukan sesuatu dengan bantuan orang lain yang berpengetahuan (MKO)

Proses intervensi MKO sebagai social-support system ini, oleh Vygotsky disebut sebagai scaffolding, yaitu proses membantu seseorang tanpa benar-benar melakukannya untuknya. Praktik scaffolding ini berkembang dan diadaptasikan sesuai kebutuhan hingga siswa dapat memenuhi kemampuan barunya.

Vygotsky percaya bahwa ketika peserta didik berada di zona perkembangan potensial (ZPD) untuk suatu tugas tertentu, maka memberikan bantuan yang tepat akan memberikan siswa cukup “dorongan” untuk mencapai tugas tersebut. Adapun proses ZPD yang dialami oleh peserta didik digambarkan demikian:

  1. Tahap awal, anak masih perlu dibantu oleh orang lain dalam mengerjakan tugas barunya.

  2. Pada saat sudah dibantu; dibimbing dan diarahkan, selanjutnya anak bergerak dengan inisiatif sendiri untuk menemukan pengetahuan.

  3. Anak berkembang secara spontan dan mulai terbiasa untuk menguasai keterampilan yang baru dengan kemampuan mereka. Bantuan orang lain sudah semakin dikurangi. Anak mulai bisa bekerja tanpa perintah atau tidak sepenuhnya diberikan instruksi ataupun arahan dari orang-orang yang membantu anak tersebut.

  4. Hal tersebut dilakukan secara berulang-ulang, hingga anak terbiasa dan bisa berpikir secara abstrak serta otomatis, dan bisa menyelesaikan masalah. 

Misalnya, seorang anak menghafal dan menyanyikan lagu alphabet secara mandiri, akan tetapi ia perlu mencapai tahap belajar berikutnya yaitu mengidentifikasi dan menunjukkan huruf-huruf. Pada saat anak mengerjakan tugas tersebut, maka orangtua, guru atau teman sebaya akan membantu anak membaca dan menulis; atau mungkin menggunakan papan berisi pasir untuk membentuk ukiran huruf dengan jari-jarinya.

Pro-Kontra dan Refleksi

Setelah mempelajari latar belakang, uraian dan contoh yang dibahas dalam teori Vygotsky di atas, berikut ini hal-hal yang dapat menggambarkan kekuatan maupun kelemahan dari teori Vygotsky.

Keunggulan teori Vygotsky:

  • Interaksi sosial dan kesadaran yang dipengaruhi aktivitas sosial dilakukan secara bermakna, dimana dua orang atau lebih siswa sama-sama berproses membangun pengetahuan dan menginternalisasi tindakan dan kondisi mental yang terjadi di dalamnya, sehingga membentuk pengetahuan yang baru.

  • ZPD mendorong peserta didik untuk bergerak dari zona awal ke zona potensial siswa. Siswa yang pada awalnya tidak tahu menahu mengenai suatu tugas tertentu, ketika mendapatkan intervensi dari MKO maka siswa mengalami kemajuan dalam penguasaan tugasnya. Sebaliknya, siswa yang tidak mendapat intervensi MKO dengan optimal, mengalami kesulitan dan keterlambatan perkembangan.

  • Berpotensi untuk menghasilkan MKO berupa pendidik-pendidik sebaya (peer educator) yang dapat mendukung perkembangan sesama rekan sebayanya yang lain yang membutuhkan; serta dapat menciptakan suatu dimensi dan iklim sosial kultural yang penuh rasa kepedulian serta kesukarelaan. Terutama di lingkungan pembelajar remaja dewasa yang dianggap dan diharapkan sudah memiliki kepekaan serta kesadaran sosial yang tinggi.

  • Teori Vygotsky mengandung nilai kerendahan hati (humility) dimana individu digiring pada kesadaran bahwa capaian yang diperoleh berupa pengetahuan maupun mentalitasnya, dapat diraih akibat kontribusi dari lingkungannya. Termasuk capaian berupa pengetahuan dan/ atau perilaku yang baik serta bermanfaat bagi lingkungannya, atau bahkan sebaliknya. Maka seseorang dapat membangun awareness yang positif dan sehat, dalam mencari akar masalah yang bersumber dari dirinya maupun dari support system-nya tersebut.

Kritik terhadap konsep dan teori Vygotsky:

  • Mirip dengan teori kognitivisme; terdapat kecenderungan mengabaikan kemungkinan dimana seseorang dapat belajar sendiri dan bertumbuh tanpa intervensi MKO atau otodidak seperti pada para jenius dan indigo. Contohnya Srinivasa Aaiyangar Ramanujan yang lahir di keluarga miskin di Erode di Tamil Nadu. Ia seorang otodidak matematika, yang tanpa pelatihan formal dalam matematika murni telah memberikan kontribusi untuk analisis matematika, teori bilangan, seri terbatas, dan pecahan serta terus mengembangkan penelitian matematikanya sendiri dalam keterasingan.

  • Kemungkinan dimana MKO tidak tersedia, dan terjadi ketidakmampuan menarik siswa dari zona ZPD secara optimal, disebabkan peserta didik sama-sama berkebutuhan khusus seperti terjadi pada siswa di lingkungan SLB atau bahkan imbesil. Akibat dari rendahnya kemampuan, kemiskinan potensi serta kurangnya keahlian yang dibutuhkan.

  • Pada saat siswa di tahap mempraktekkan secara spontan dan berinisiatif, keterampilan barunya secara mandiri, sangat mungkin bagi siswa untuk membuat kesalahan. Bisa disebabkan ketidaksiapan siswa ybs, tingkat IQ atau bahkan akibat dari kapasitas MKO yang tidak memadai. Maka siswa perlu diberikan ruang "remediasi" dan belajar ulang demi melengkapi proses yang tidak optimal tadi.

  • Efektifitas konsep ZPD patut dipertanyakan jika diterapkan dalam ruang lingkup komunitas peserta didik yang berjumlah besar. Ketersediaan MKO bisa jadi terbatas, penanganan menjadi sulit, follow up tidak maksimal dan dapat mengabaikan kekhususan kebutuhan siswa yang perlu mendapatkan support atau dukungan MKO.

  • Konsep dan teori ZPD hanya dapat mengidentifikasi persoalan-persoalan peserta didik yang muncul di permukaan; sehingga hanya dapat menarik kesimpulan yang dangkal dari kondisi siswa tersebut terkait sudah bisa, belum dan/atau tidak bisa melakukan ini dan itu sesuai target pencapaian. Persoalan-persoalan lain yang lebih dalam terkait tingkat emosional, pergolakan psikis dan segala sesuatu yang terjadi di dalam diri siswa, tidak tersentuh atau kurang dieksplorasi.   

Hal yang dapat disimpulkan dari mempelajari teori Vygotsky; bahwa dalam mendukung tumbuh kembang anak dibutuhkan intervensi yang optimal dari orang-orang disekitarnya. Lingkungan sosial dan interaksi didalamnya menempati peran penting dalam pelaksanaan proses belajar.

Namun, perlu memperhitungkan ketersediaan dan kemampuan lingkungan sekitar mendemonstrasikan kapasitasnya terlibat sebagai MKO dalam zona ZPD siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Demikian juga, memberi ruang bagi kreatifitas siswa saat berproses secara mandiri tanpa peran MKO.

Demikian tulisan ini mencoba menguraikan hasil dari pemahaman yang diperoleh dalam pembelajaran materi Teori Belajar di ruang kuliah online. Semoga bermanfaat dan semakin menikmati kemerdekaan kritis dalam belajar.***

Note: Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar - Dosen: Ibu Clara Evi Citraningtyas, Ph.D.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun