Mohon tunggu...
Rizki Mubarok
Rizki Mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang Melankolis Muda yang Gemar Bertualang dalam Sakralitas Peradaban Semu

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Fear of Failure

17 Maret 2024   05:33 Diperbarui: 17 Maret 2024   07:42 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

“Nothing in life is to be feared, it is only to be understood. Now is the time to understand more, so that we may fear less”
— Marie Curie

Kalo ngomongin kegagalan, pandangan awal yang muncul pasti rasa sakit, kekecewaan, menakutkan, menyeramkan, dsb. Bener ga sih? sepertinya selama kita ngelakuin sesuatu, bayangan kegagalan serasa menghantui kita ke manapun kita pergi.

Gak salah sebenarnya sih, toh semua orang di dunia pasti menginginkan keberhasilan kan? anyway, kegagalan itu merupakan sesuatu yang pasti terjadi (entah kapan kita ga bakal tau…) tapi yang pengen gua sharing adalah cara pandang kita dalam menyikapi rasa ketakutan gagal tersebut.

Dari beberapa case yang gua temukan –termasuk diri gua pribadi, takut gagal menjadi faktor penghambat manusia untuk bergerak. Pengen ngelakuin A, mikir “ntar gimana ya kalo ga berhasil”, “ntar gimana ya kalo gua gagal”, “orang bakal kecewa ga ya kalo gua ga sukses?” ya hal serupa seperti itu yang menjadi pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di benak kita.

Nih ya, seorang psikologi asal Amerika, Spielberger, menyebutkan bahwa perasaan cemas (baca: takut gagal) itu muncul secara spontan pada keadaan tertentu. Ia menyebutnya juga dengan sebutan “State Anxiety”. Kalo dalam bahasa psikologi nya mah Atychiphobia. Nah, takut gagal itu biasa nya banyak disebabkan oleh banyak faktor. Bisa karena rasa trauma di masa lalu, bisa juga karena ekspektasi yang berlebihan ataupun respon dari sekitar. Meskipun perasaan ini muncul secara spontan, jika tidak segera diatasi akan menimbulkan kecemasan kecemasan baru. Karena, gua ngerasa juga ketika perasaan itu terus menghantui di kepala, interaksi terhadap sosial akan terganggu, mengakibatkan enggan bersosial dengan kerabat atau sekitar. Selain itu, rasa pesimis akan terus tumbuh yang membuat segala sesuatu yang kita lakukan tidak percaya diri. Takut akan respon kurang baik dari orang lain. perasaan rendah diri akan muncul (beda ya rendah hati dan rendah diri). Dampaknya, kita akan lebih mudah melihat kekurangan diri sendiri dibanding kelebihan yang kita miliki, atau kita merasa kita pantas untuk melakukan apapun di dunia ini karena menganggap diri kita “sampah”, “tidak berguna”, “beban”, dsb. Dan emosional tidak stabil, cepat marah dan gampang frustasi.

Penting bagi kita untuk tau penyikapan yang baik seperti apa. Karena jika selain psikis terganggu, perasaan tersebut akan mempengaruhi fisik. Entah itu gampang kelelahan, pusing bahkan bisa sesak nafas. Nah, makanya perlu penyikapan yang harus dilakukan, diantaranya:

Pertama;

Mengubah mindset dari “gua gabisa” menjadi “gua, gabisa?”

Bagi gue, mindset menjadi faktor penting dalam menyikapi perasaan takut gagal. gak mudah emang, dan perlu waktu. Tapi, dengan mengubah mindset menjadi lebih positif, perasaan itu lama lama akan berkurang dengan sendirinya. Karena, perasaan takut gagal itu energi negatif yang akan menguras banyak energi. Fokus ke “sisi lain” menjadi salah satu bentuk kita mengubah mindset diri kita. Misal, ketika kita sedang mengerjakan ujian, ubah mindset dari “takut akan nilai jelek” menjadi “gimana caranya gua dapet nilai bagus”

Kedua;
Fokus pada kelebihan yang dimiliki

Mengenali diri sendiri akan membuat kita tau dimana letak kekurangan dan kelebihan yang kita miliki. Seringkali ketika kita tidak bisa mengenali diri sendiri, kita akan sulit mengontrol hal-hal di luar kendali kita, seperti tekanan lingkungan, respon kurang baik ataupun stigma masyarakat. Hal itu akan terus menuntut diri kita untuk memenuhi keinginan orang lain, bukan diri sendiri. Maka ketika kita tidak mampu memenuhi ekspektasi tersebut kita seakan gagal. Padahal banyak kelebihan yang kita miliki tetapi tidak bisa dimaksimalkan. Memaksimalkan kelebihan juga salah satu bentuk kepedulian terhadap diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun