Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan guru

Ninik Sirtufi Rahayu, (Ni Ayu), gemar disapa Uti. Lahir 23 November di Tulungagung, domisili di Malang, Jawa Timur. Memiliki 24 judul buku solo ber-ISBN dan 158 judul antologi berbagai genre (beberapa masih _on process_).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Slice of Live

31 Maret 2024   14:22 Diperbarui: 31 Maret 2024   14:23 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Slice of Life 

Oleh: Ninik Sirtufi Rahayu

 

Pesta pernikahan temanku itu digelar di deretan villa, berada di dekat pantai. Pemandangan sangat indah. Perpaduan antara pantai, laut, dan di belakang pegunungan memagari tempat itu. Pemilihan yang sangat pas. Panorama dengan view jelita sekali.

Aku datang bersama keluarga kecilku. Namun, Mia -- baby sitter-ku -- sedang sakit dan meminta cuti. Karena itu putra semata wayang kami, Jeremia, terpaksa kupegang sendiri.

Mas Andika kuminta menemaniku.  Si kecil Jeremia -- sering kami panggil Jemmy-- masih berusia dua tahun, kubawa serta karena mama mertua sedang arisan bersama ibu-ibu kelompok RT di tempat tinggal beliau. Jadi, aku tentu tidak bisa menitipkan si kecil kepadanya. Sementara papa mertua pun sibuk sedang merekapitulasi keuangan proyek. Ya, sudahlah. Berharap Mas Andika nanti berkenan membantuku mengurus Jeremia. Risikonya harus selalu membawa botol susu dan perlengkapan lain.

Ketika pamit ke kamar kecil hendak membawa si kecil yang gelisah, kuminta Mas Andika tetap stay di tempat, kursi yang sudah kami pilih. Aku sengaja mengambil tiga kursi sekaligus. Satu kursi kumanfaatkan sebagai tempat perlengkapan si kecil.

Saat berjalan ke arah toilet tersebut aku harus melewati villa lain di sebelahnya untuk menghindari dan mengantisipasi kalau-kalau terjadi antrean. Biasanya, kalau ada acara seramai ini, dugaan antre di toilet pun harus diprediksi dengan baik.

Saat menuju toilet itu, aku hampir terlonjak karena suara bariton khas dengan nyaring singgah di telingaku. Tiba-tiba saja kudengar suara khas seseorang yang dahulu pernah menghuni hatiku. Mau tak mau kujelajahkan pandanganku ke arah sumber suara. Betul sekali. Suara khas Mas Setyo Brahmantyo, seseorang yang beberapa tahun silam pernah kuimpikan menjadi pasanganku. Kuperhatikan dengan saksama. Tentu saja pandanganku tidak salah.

            "Agak ke kiri sedikit, Sayang! Arshy, lihat sini, Nak!" teriak lantangnya mengomando.

Dia  mengarahkan gaya sang model sambil mencari tempat mengambil gambar dengan leluasa.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun