Rehulina lebih suka membawakan Salam Maria yang sering didengarnya setiap ia dan teman-temannya bermain disamping gereja Santa Theresia di simpang jalan. Saat makan atau doa apapun, Rehulina lebih suka mengucapkannya. Seperti mengucapkan salam, ia berfikir pastilah Bunda Maria lebih ramah daripada Tuhan.Â
'Bapak jadi kan beli tas sekolahku yang baru itu' tanyanya pelan.Â
'Iya jadi' jawab Bapak sambil beranjak menuju kamar. Dan kemudian ia keluar sambil menjinjing sebuah tas. Tas ransel berwarna merah, bukan merah muda, lebih kepada merah tua. Ukurannya lumayan besar dan ada tulisannya 'Balai Diklat Perhutani.....' ada banyak tulisan kecil-kecil lain yang mengikutinya.Â
'Tapi tidak ada mickeynya pak' protes Rehulina.
'Ini saja dulu, nanti kalau sudah naik kelas baru dibeli yang baru. Ini mereknya bagus, tahan lama, tahan air nak' jawab Bapak sambil mengelus kepala Rehulina.Â
Ada rasa hangat yang turun ke dada Rehulina ketika Bapak memegang kepalanya. Senang rasanya.
Bapak lebih sering mengelus, menggendong dan bermain dengan Dewi. Seingat Rehulina, tidak pernah Bapak mengelus kepalanya selembut itu.Â
'Pastilah tas ini istimewa untukku' pikirnya.
Hari senin berikutnya Rehulina berjalan tegak menuju sekolah. Tas ransel itu terasa lebih berat dari tas ranselnya yang lama.Â
'Wah tas mu baru ya' tanya Suherli berlari-lari keluar dari pagar rumahnya.Â
'iya, ini tas yang bagus,tahan air' jawab Rehulina.Â