Pada akhirnya, kita harus berani mengakui bahwa dunia kerja terlalu sering terjebak pada penilaian dangkal berbasis stereotip. Melabeli Milenial sebagai egois atau Gen Z sebagai malas dan tidak loyal, hanya akan menciptakan tembok tak kasat mata yang menghalangi potensi sesungguhnya dari setiap individu. Padahal, setiap generasi membawa nilai, pengalaman, dan cara pandang yang unik, yang justru jika dipadukan bisa menjadi kekuatan luar biasa bagi organisasi. Bias yang lahir dari stereotip tidak hanya merugikan karyawan yang terpinggirkan, tetapi juga merugikan perusahaan itu sendiri karena kehilangan kesempatan untuk tumbuh bersama talenta terbaiknya. Karena itu, penting bagi HR dan para pemimpin organisasi untuk berhenti membatasi orang melalui label generasi, dan mulai menilai mereka berdasarkan kemampuan, kontribusi, dan semangat yang ditunjukkan.
Dunia kerja seharusnya menjadi ruang di mana semua generasi bisa bertemu, saling melengkapi, dan bersama-sama menciptakan masa depan yang lebih adil, inklusif, dan penuh semangat inovasi. Inilah saatnya kita tidak lagi terjebak pada perbedaan, melainkan melihat keberagaman generasi sebagai peluang yang tak ternilai untuk membangun organisasi yang lebih kuat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI