Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kesehatan Mental Karyawan: Masalah Serius yang Sebaiknya Menjadi Perhatian Perusahaan

24 Desember 2022   08:30 Diperbarui: 25 Desember 2022   00:51 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi stres kerja pada karyawan. Source: shutterstock via Kompas.com

Melalui SWA Online Magazine, WorkMi, perusahaan penyedia Employee Assistance Program, melakukan analisis kesehatan mental kepada 2.000 klien WorkMi berdasarkan Kessler Psychological Distress Scale. 

Melalui asesmen tersebut, sebanyak 16,42% responden mengalami distress sangat tinggi dan sebanyak 23,45% mengalami distress tinggi. Lima permasalahan terbesarnya antara lain: worklife-balance (13,24%), beban kerja tinggi (12,97%), deadline yang padat (12,78%), kurangnya dukungan (8,70%), dan ambiguitas peran (6,31%).

Melalui asesmen tersebut, terselip insight bahwa, betapa pentingnya mengambil jeda dan evaluasi manajemen waktu atas apa yang dikerjakan di kantor. Sadari bahwa diri kita perlu jeda, beristirahat, dan menikmati hari libur. 

Selain itu, penting untuk memberi apresiasi, berterima kasih terhadap diri sendiri. Lantaran sudah bertahan menghadapi segala dinamika pekerjaan.

Selain itu, kebiasaan multitasking dalam bekerja juga punya peranan penting dalam menghasilkan gangguan kecemasan maupun stres. Melalui KlikDokter, peneliti dari University of California, Irvine, menemukan bahwa orang yang bekerja multitasking memiliki detak jantung dan tingkat stres yang tinggi dibandingkan yang tidak.

Bahkan, dalam studi University of London pada tahun 2015, menyebutkan bahwa dampak multitasking mengakibatkan turunnya IQ hingga 15 poin. Penurunan tersebut membuat poin IQ setara dengan usia anak 8 tahun.

Beberapa tugas dari kantor, mungkin sulit atau tidak bisa ditolak. Dibanding memaksa diri untuk multitasking agar pekerjaan cepat selesai, pengerjaan tugas satu per satu dan jika sudah selesai baru berpindah mengerjakan tugas lainnya, masih bisa diterapkan.

Ketiga, temui profesional untuk mendapat arahan yang baik dan sesuai

Tidak ada pilihan lain, bukan? Dibanding self diagnose atau sembarang bercerita kepada orang lain dengan respons yang, mungkin saja akan membikin emosi makin nggak karuan, akan lebih bijak jika berkonsultasi dengan profesional atau ahlinya. Sebab, selain didengar, akan ada insight sekaligus treatment yang sesuai dengan dinamika yang dihadapi.

Bagaimana sebaiknya peran perusahaan atau atasan jika ada pekerja yang butuh penanganan psikologis?

Tidak bisa tidak. Saat ini, perusahaan serta jajaran manajemen secara perlahan maupun bertahap, mesti aware dengan kesehatan mental para karyawannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun