Membangun Pendidikan Bermutu dari Sinergi Orang Tua, Guru dan Pemerintah

Juru Bahasa Isyarat (dok.pri)

Juru Bahasa Isyarat

Di tengah rangkaian acara yang sarat informasi, ada satu hal yang patut diapresiasi hadirnya penerjemah bahasa isyarat untuk peserta tunarungu. Tidak hanya satu, tetapi ada dua orang juru bahasa isyarat yang bekerja secara bergantian agar proses penerjemahan tetap maksimal sepanjang acara. Kehadiran mereka memastikan setiap materi, mulai dari sambutan hingga sesi diskusi, dapat diakses secara setara oleh peserta yang mengikuti secara daring. Upaya ini bukan sekadar tambahan teknis, melainkan wujud nyata komitmen penyelenggara dalam menghadirkan pendidikan yang inklusif. 

Dengan adanya penerjemah, peserta tunarungu bisa menangkap pesan penting tentang program-program pendidikan tanpa kehilangan makna. Bahkan dalam momen interaktif seperti tanya jawab, penerjemah tetap aktif meneruskan percakapan, sehingga interaksi berjalan dua arah. Kehadiran dua juru bahasa isyarat tersebut memperlihatkan bahwa pendidikan bermutu memang harus bisa dirasakan semua kalangan, tanpa terkecuali. Inilah bukti bahwa tantangan abad 21 bukan hanya soal teknologi dan soft skills, tetapi juga tentang membangun ruang belajar yang ramah bagi siapa saja.  

Acara di BBPMP Jatim pada 12 September 2025 bukan sekadar forum, ini adalah cermin bahwa upaya mewujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua harus berjalan serentak: kebijakan, teknis penilaian, intervensi kesejahteraan siswa, serta penguatan keterampilan abad 21. Bila Anda seorang guru, orang tua, atau pemerhati pendidikan, pesan sederhana yang bisa dibawa pulang: mulai dari hal kecil di kelas dan rumah (mengajak anak berpikir kritis, memberi ruang untuk kreativitas, mengajarkan kerja sama), kita ikut membentuk generasi yang lebih siap menghadapi tantangan abad 21.