"Tahu kan saya yang dulu antar mba kerumah waktu bapak meninggal"
"Maaf" disibaknya rambut yang di cat kemerah-merahan seperti ekor kuda kuda itu di bahunya dan semerbak wangi parfum menggoda pria mulai menyembur dari rambutnya yang panjang itu.
"Maaf mba, tetap di pakai helmnya nggih, saya takut"
"Ya jalan berkelok-kelok pasti masih jelek ya mas jalan ke arah rumah simbok" cerocosnya lagi kepada sang tukang ojek tersebut.
"Lihat saja nanti" kata sang tukang ojek sambil tersenyum dan batin bergejolak wangi benar mba Lastri pantas kerja di kota bisik hatinya lagi.
"Kok diam mas?"
"Tidak apa-apa aku konsentrasi saja jalanya sudah halus mba namun tetap berkelok-kelok"
"Wah dapat bantuan ya mas?"
"Nggih dari seorang caleg kemarin dan juga bantuan desa untuk cor jalan kita ini"
"Bagus" kata sulastri lagi sambil membenahi tas punggungnya.
"Kerja di kota enak ya mba?"