Mohon tunggu...
sayidjumianto
sayidjumianto Mohon Tunggu... Guru yang kembali menulis

Guru yang kembali menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebuah Penyesalan

1 Maret 2025   06:35 Diperbarui: 1 Maret 2025   06:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Penyesalan

Pagi itu sesudah shalat subuh  di bulan ramadhan medio tahun 2023. Asal sebenarnya bisa jadi peristiwa itu bisa dihindarkan. Gejolak  jiwa muda Fahri dan Riyan menggelegak dari kemarin sudah meninggi sebab tantangan perang sarung di ringroad selatan itu sudah didengarnya.

" tidak usah ditanggapi serius bro" cegah Fahri kepada Riyan.

Baca juga: Kopi Tadarus

"aku tidak mau harga diriku di ejek mereka"

"sudahlah mereka senang mencari gara-gara"

"sambil godain cewek-cewek kita yang pulang subuhan begitu?" tanya Riyan dengan nada  suara meninggi

Baca juga: Sandal di Masjid

Bukan sekedar perang sarung saja namun kekalahan Riyan waktu balapan liar di ringroad jalan baru itu semakin membuatnya emosi untuk menerima tantangan perang sarung subuh ini.

"kita tidak punya bekingan "  kata Fahri

"jangan takut" jawab Riyan penuh keyakinan.

Baca juga: nyadran

Semua dipikirannya cuma emosi sesaat atas tantangan ini.

Pagi awal ramadhan ini menjadi awal yang seakan merubah nasib Riyan dan teman-temannya. Jalan Ringroad selatan yang masih sepi menjadi saksi perang sarung dengan beberapa anak yang menantang mereka sedari kemarin.

"sudah kita pergi dari sini hari mulai siang "teriak Fachri

Semua berlari mengambil motor mereka ketika suara raungan Sirine polisi membubarkan mereka.

Banyak yang berlari tak tentu arah meninggalkan sepeda motor dan juga lari dengan sepeda motor sehingga hilang arah.

Subuh itu sebuah peristiwa terjadi teman Riyan yakni Amir mengalami kecelakaan dan dibawa kerumah sakit sedangkan Riyan dan Fahri juga luka jatuh dari sepeda motor.

Amir seminggu di rumah sakit akhirnya Allah berkehendak lain.

Riyan sungguh menyesal atas semua ini goresan tangan yang patah membekas sampai kini.

"sebagai pembelajaran berharga buat kita Fahri" kata Riyan

"khusnul khotimah Amir" jawab Fahri ketika keduanya nyadran di makam tepat utara desa mereka tempat Amir bersemayam abadi disana.

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun