Mohon tunggu...
Aris P. Zebua
Aris P. Zebua Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seharusnya pendidikan merupakan hadiah bagi semua orang | Blog pribadi: satyaaris.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan dan Pembentukan Pola Pikir

29 April 2019   21:34 Diperbarui: 1 Juli 2021   08:27 3265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi sebagian pembaca, barangkali dua jenis pola pikir ini bukanlah sesuatu yang baru. Sudah banyak tulisan tentang ini, baik dalam buku maupun di situs-situs internet. 

Oleh karena itu, di sini, penulis mengarahkan tulisan ini pada pembentukan pola pikir dalam dunia pendidikan. Seperti yang sudah dituliskan di atas bahwa jangan-jangan selama ini guru mendidik anak untuk memiliki pola pikir yang tidak bertumbuh. Sekolah menjadi ajang pembuktian diri, bukan pengembangan diri peserta didik.

Pendidikan Kita

Menurut Carol Dweck, orang yang memiliki pola pikir statis (fixed mindset) menghabiskan seluruh waktunya untuk membuktikan diri, baik dalam kelas, karier, maupun relasi. Setiap situasi yang terjadi adalah untuk mengonfirmasi kecerdasan, kepribadian, dan karakter; Akankah aku sukses atau gagal? Apakah aku terlihat cerdas atau bodoh? Apakah aku diterima atau ditolak? Dan seterusnya.

Sebaliknya, growth mindset adalah pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan, kepribadian, dan karakter adalah sesuatu yang dapat dikembangkan dengan usaha. Jika kita berusaha, maka kita bisa meningkatkan potensi diri. Ketika dihadapkan pada situasi yang sulit, orang yang memiliki pola pikir ini tidak akan tenggelam dalam kegalauan, tetapi akan segera bangkit karena yakin ada jalan keluar bila ada usaha.

Tanpa disadari, sekolah mungkin membentuk pola pikir statis terhadap siswa. Penulis khawatir bahwa jangan-jangan pendidikan kita bukan mengembangkan growth mindset, melainkan fixed mindset, pada diri siswa. Karena sekolah adalah lingkungan kedua bagi individu untuk mendapatkan pendidikan setelah keluarga. 

Bisa dikatakan perkembangan peserta didik sangat dipengaruhi oleh didikan dari sekolah. Gejala ini ditandai oleh aktivitas-aktivitas di sekolah yang menekankan pada pembuktian diri -- membuktikan bahwa "aku lebih mampu dari yang lain".

Setiap individu dilahirkan dengan kemauan untuk belajar secara intens. Coba perhatikan seorang bayi. Bayi tidak takut membuat kesalahan atau tidak peduli dengan kata orang. 

Mereka bergerak, merangkak, belajar berjalan, terjatuh, tetapi mereka tetap berusaha untuk bangkit dan berjalan lagi. Terus begitu hingga mereka berjalan dengan lancar bahkan mampu berlari. Kemudian mereka lanjut mempelajari hal-hal baru berikutnya. Belajar adalah hal yang menyenangkan bagi mereka.

Seiring bertambahnya usia, mereka mulai memahami sesuatu yang belum mereka ketahui atau tidak pedulikan sebelumnya yaitu evaluasi diri. Mereka mulai memperhatikan bagaimana orang lain memandang mereka. Ada kemungkinan mereka mulai berhenti belajar hal baru karena takut dinilai oleh orang, terlebih jika diberi nilai kurang memuaskan. 

Peran orang tua di sini sangat berpengaruh. Ada orang tua yang secara tidak sadar melabeli anaknya hingga si anak merasa seperti itulah dirinya (seperti kata orang tuanya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun