Mohon tunggu...
Satria Adhika Nur Ilham
Satria Adhika Nur Ilham Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Nominasi Best in Spesific Interest Kompasiana Awards 2022 dan 2023 | Movie Enthusiast of KOMiK 2022

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Darurat Perokok Anak Semakin Merajalela, Mengapa Kita Menutup Mata?

10 Agustus 2022   21:54 Diperbarui: 12 Agustus 2022   10:54 2103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orangtua merokok, sumber : www.mnn.com 
Ilustrasi orangtua merokok, sumber : www.mnn.com 

Tak bisa dipungkiri bahwa anak-anak dan remaja cenderung mengikuti orang yang menjadi idola dan sosok terdekatnya. Termasuk dalam hal rokok, banyak remaja yang mencoba rokok karena sosok panutannya.

Salah satu teman saya, ia merokok karena melihat guru agamanya yang juga merokok. Ketika ditanya, ia menjawab guru agama saja tak mengharamkannya. Padahal, semua agama jelas melarang mengonsumsi sesuatu yang dapat membahayakan diri sendiri.

Faktor keluarga juga seringkali menjadi penyebab mengapa anak-anak berani merokok. Bagaimana tidak? Di rumah, ia melihat ayahnya asyik merokok di teras rumah, sembari meminum kopi dan mengobrol dengan temannya. Sedangkan ketika anak tersebut merokok, langsung diomeli oleh orangtuanya, menganggap bahwa anaknya masih kecil dan belum cukup umur.

Argumen yang diberikan oleh orangtuanya seakan-akan membuat anak menjadi merasa tak adil. 

"Orang dewasa saja boleh, mengapa saya tidak?"

Ketika hal tersebut terpikirkan oleh anak, maka yang ada di benaknya adalah rasa ingin melawan ketidakadilan yang ada. Padahal, rokok berbahaya bagi semua kalangan, tak hanya bagi anak-anak dan remaja.

Lingkungan pertemanan yang tidak sehat juga membuat anak-anak semakin tergoda untuk merokok. Bahkan anak yang sudah punya pendirian teguh pun dapat tergoda jika berada di lingkungan yang tidak tepat. 

Mereka awalnya hanya akan diajak untuk mencoba merasakan rasanya, hingga akhirnya mencoba sekali dan mengalami kecanduan.

2. Pengaruh Media Sosial

Ilustrasi media sosial, sumber : Freepik
Ilustrasi media sosial, sumber : Freepik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun