Saya berterima kasih kepadanya sebelum tidur, karena telah mengajak saya dalam kelas konseling dan kami berencana melanjutkan pembicaraan keesokan paginya.
Singkat cerita, kami bangun di pagi hari dengan semangat yang baru. Baik saya maupun istri saya, masing-masing punya misi untuk mencapai visi yang satu, yaitu mempertahankan keutuhan rumah tangga ini.
Misi pertama saya adalah memperbaiki hubungan dengan Ibu terlebih dahulu. Saya harus mengubur semua kebencian terhadapnya dan berdamai dengan masa lalu. Terlebih, syariat tidak mengizinkan saya untuk bermusuhan dengan orang tua.
Setelah itu, saya harus lanjutkan pembuktian kepada istri dan tak bosan untuk meyakinkannya bahwa saya menyesali perbuatan saya dan tidak akan mengulanginya lagi.
Saya pun berkomitmen untuk tidak mempertontonkan dan menceritakan hal-hal buruk di depan anak-anak. Saya tidak ingin alam bawah sadar mendorong mereka untuk mengulanginya ketika dewasa.
Tapi rasanya masih ada satu 'puzzle' yang belum saya temukan. Pesan Coach agar saya mendengarkan ceramah tentang ilmu garpu tala, belum saya lakukan.
Kemudiaan, saya pun bergegas mencari nama ustadz yang ia rekomendasikan di Youtube. Rupanya, cukup banyak video ceramahnya yang menggunakan frasa 'garpu tala'.
Bingung memilih mendengarkan video mana untuk yang pertama, saya pun memilih secara acak.
Di video pertama itu, sang ustadz menceritakan pengalamannya ketika ditemui oleh seorang Ibu yang tengah diliputi kesedihan luar biasa. Ia telah kehilangan anaknya yang masih balita.
Pasalnya, suaminya sendiri-lah yang telah membunuh anak mereka. Tanpa sengaja, suaminya melindas anak tersebut ketika tengah memarkirkan mobil.
Ibu itu meminta nasihat kepada sang ustadz, bagaimana caranya ia bisa memaafkan suaminya dan menerima kepergiaan anak tercintanya.