Mohon tunggu...
Sastyo Aji Darmawan
Sastyo Aji Darmawan Mohon Tunggu... ASN; Pengelola Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Pengurus Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Penyuluh Antikorupsi; Negarawan

Menulis supaya gak lupa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Alam Bawah Sadar

28 Maret 2025   02:12 Diperbarui: 28 Maret 2025   04:22 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya berterima kasih kepadanya sebelum tidur, karena telah mengajak saya dalam kelas konseling dan kami berencana melanjutkan pembicaraan keesokan paginya.

Singkat cerita, kami bangun di pagi hari dengan semangat yang baru. Baik saya maupun istri saya, masing-masing punya misi untuk mencapai visi yang satu, yaitu mempertahankan keutuhan rumah tangga ini.

Misi pertama saya adalah memperbaiki hubungan dengan Ibu terlebih dahulu. Saya harus mengubur semua kebencian terhadapnya dan berdamai dengan masa lalu. Terlebih, syariat tidak mengizinkan saya untuk bermusuhan dengan orang tua.

Setelah itu, saya harus lanjutkan pembuktian kepada istri dan tak bosan untuk meyakinkannya bahwa saya menyesali perbuatan saya dan tidak akan mengulanginya lagi.

Saya pun berkomitmen untuk tidak mempertontonkan dan menceritakan hal-hal buruk di depan anak-anak. Saya tidak ingin alam bawah sadar mendorong mereka untuk mengulanginya ketika dewasa.

Tapi rasanya masih ada satu 'puzzle' yang belum saya temukan. Pesan Coach agar saya mendengarkan ceramah tentang ilmu garpu tala, belum saya lakukan.

Kemudiaan, saya pun bergegas mencari nama ustadz yang ia rekomendasikan di Youtube. Rupanya, cukup banyak video ceramahnya yang menggunakan frasa 'garpu tala'.

Bingung memilih mendengarkan video mana untuk yang pertama, saya pun memilih secara acak.

Di video pertama itu, sang ustadz menceritakan pengalamannya ketika ditemui oleh seorang Ibu yang tengah diliputi kesedihan luar biasa. Ia telah kehilangan anaknya yang masih balita.

Pasalnya, suaminya sendiri-lah yang telah membunuh anak mereka. Tanpa sengaja, suaminya melindas anak tersebut ketika tengah memarkirkan mobil.

Ibu itu meminta nasihat kepada sang ustadz, bagaimana caranya ia bisa memaafkan suaminya dan menerima kepergiaan anak tercintanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun