Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terkapar Dalam Sunyi

11 September 2021   05:20 Diperbarui: 11 September 2021   05:21 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Anne McCarthy from Pexels

Ah, ternyata aku masih hidup. 

Kata-kata ini yang selalu kulontarkan saat terbangun dari tidur. Terbangun kedalam hidup yang fana. Aku bangun dan mengambil sebatang rokok sembari meminum air mineral. 

Sampai kapan aku harus seperti ini? Huufttt. -sembari menghisap rokok. Rutinitas sehari-hari yang terus kulakukan. 

Kosa kata yang datang entah dari mana. Kunyalakan HP dan melihat waktu menunjukkan 7:30. Aku berselancar didunia maya sembari memikirkan apa yang aku tulis nantinya. 

Setelah aku menghabiskan rokok, aku langsung mandi dan bersiap untuk berangkat kerja di sebuah cafe. Sembari bekerja di cafe, aku seorang penulis lepas disebuah platform. 

Sebelum aku berkerja di cafe, aku dulu sempat bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah restoran. Setelah 3 tahun bekerja, aku memutuskan keluar dan kerja di sebuah cafe. 

Kegiatan itulah yang kujalani setiap hari. Seakan hidupku telah ditempatkan seperti ini sedari dulu. Melihat orang bercanda ria, menikmati kopi, mengerjakan tugas, dan banyak hal yang kuperhatikan. 

Tak banyak yang berubah setelah kujalani kegiatan ini selama 2 tahun. Mungkin yang kualami saat ini adalah sebuah kejenuhan bagi orang-orang yang se usiaku. 

Di umur ke-25, sebenarnya adalah umur seseorang untuk produktif. Termasuk diriku yang saat ini sedang mencari duit. Kejenuhan ini yang sedikit membuatku bertanya-tanya. 

Apakah yang bisa kuperbuat hanya sebatas ini? 

Ah, sudahlah, aku tak bisa terus menerus mengeluh. 

Saat itu, yang berkunjung ke cafe tak begitu banyak. Jadi aku curi-curi waktu untuk merokok sambil bermain sosmed. Saat bermain sosmed, aku melihat foto adik kecil ku yang sedang bermain bersama teman-temannya. 

Adikku saat ini berumur 9 tahun. Aku jadi teringat sebelum pergi merantau, ia berkata untuk sering menelpon. Namun sangat jarang diriku menelponnya. 

Terbesit untuk menelponnya sembari melepaskan rindu. Mungkin nanti malam ku telpon saat aku selesai bekerja. 

Pada jam 12 siang, Teman-teman ku datang ke cafe untuk nongkrong. Aku dan mereka bercanda ria sembari menghabiskan waktu. Mereka juga ngomongin tentang kuliah mereka. 

Ah, enaknya mereka bisa kuliah. Kapan yah aku bisa seperti mereka? 

Gumamku dalam hati yang iri melihat mereka bisa merasakan perkuliahan. Namun keadaan tak bisa dirubah begitu saja. Yang kupikirkan hanya bisa untuk tetap bertahan hidup. 

Pada jam 3 sore, aku berganti sift dengan kawanku untuk bekerja. Namun aku tak langsung pulang karena masih pingin ngobrol sambil makan sore sama teman kerja. 

Jam 6 sore aku telah berada di kost. Aku menyalakan laptop yang memang ku rencanakan untuk menulis. Namun aku tak bisa. Aku merasa buntu. 

Yah, mau gimana lagi? Mungkin aku butuh istirahat dari kegiatan yang biasa kulakukan. -Ujarku

Aku akhirnya memutar musik sambil merokok didalam kamar. Lima playlist telah terputar dan dua batang telah habis. Lagu Lost In Paradise dari Evanescence pun terputar. 

Entah mengapa aku hanyut terbawa suasana mendengar lagu itu. Aku pun semakin pecah saat lagu  My Immortal dari Evanescence terputar setelahnya. 

Untuk pertama kalinya aku menangis didalam kamar. Aku mengambil HP dan membuka foto keluargaku sebelum aku pergi merantau. 

Papa, Mama, dan ketiga adikku tergambar dalam foto itu. Aku teringat lima tahun lalu sebelum merantau, saat-saat dirumah dengan mereka. Lima tahun lamanya aku tak melihat mereka. 

Tak bisa dipungkiri, kerinduan terkadang bisa datang kapan saja. Aku berusaha tenang dan membasuh wajahku. Akhirnya aku menelpon mereka setelah sekian lama aku tak pernah menelpon mereka. 

Lega rasanya mendengar suara mereka. Kejenuhan yang seakan membuatku tergeletak seakan sirna. Apalagi mendengar suara adikku yang berteriak "bang, minta duit"

Aku bercerita tentang keadaanku sekarang. Mama ku berkata apa yang ku katakan seakan bukan diriku seperti biasanya. 

Pulang lah nak. Mama tau kegelisahan yang kamu alami. Mama tak ingin melihat anakku terpuruk oleh keadaan. Ayo pulang lah nak. -ujarnya. 

Setelah beberapa lamanya bercerita, aku merenung. Kata-kata terakhir mama membuatku bimbang. Apakah aku harus pulang atau tidak? Akhirnya aku keluar kost untuk membeli makanan dan juga sebungkus rokok sembari mencari udara segar. 

Sekembalinya dari luar, aku kembali menyalakan laptop dan streaming film. Pada saat itu, aku menemukan film yang berjudul Big Brother yang diperankan Donnie Yen. 

Film itu menceritakan seorang guru baru yang menghadapi murid-murid brandal. Melihat murid-muridnya, aku seakan melihat diriku saat berada di SMA. Aku membayangkan betapa bangornya diriku dulu. 

Namun ada suatu dialog yang mengubah cara pandangku. Guru yang diperankan Donnie Yen berkata "jika kamu merasa dunia itu tidak adil, maka kamu harus membuktikan bahwa kamu benar. Membuktikan bahwa kamu layak.."

mendengar kata-kata tersebut, aku justru membulatkan tekat untuk tidak pulang sementara waktu. Aku semakin termotivasi bahwa aku bisa menjadi sastrawan. 

Aku berambisi untuk mewujudkan cita-citaku sedari kecil. Di esok hari, aku izin libur sehari untuk pergi ke toko buku. Aku membeli beberapa buku yang kuanggap bagus. Buku-buku itu nantinya akan kubaca disaat senggang setelah bekerja. 

Terkadang, mengeluh adalah sebuah tindakan wajar bagi semua orang. Adakalanya kita perlu meluapkan emosi. Tapi, semakin diriku mengeluh, semakin memperlihatkan bahwa dirku tak berdaya. 

Bagi sebagian orang, umur 25 tahun merupakan awal kedewasaan. Mungkin ada benarnya. Kita tidak tahu bagaimana mereka memulai, bertahan, dan akhir perjalanan seseorang.

Namun bagiku, diumur segitu langkah awal dalam memulai sesuatu. Entah bagaimana akhirnya, aku memutuskan untuk bertahan dalam mengejar apa yang ingin kuraih. 

Sardo Sinaga. 

11 September 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun