Malam ini
sejatinya telah kurangkai syair-syair tentangmu.
Namun, semua bait lirih syahdu itu raib.
Tatkala netra dan hatiku khusyuk membiarkan bibirku mengeja sebuah untaian kata-kata.
Dalam sebuah sajian prosa yang baru saja kuhalalkan.
Namun, apa yang di dalamnya.
Adalah apa yang mungkin diriku gambarkan tentangmu.
Maka aku rapalkan lagi, syair cinta
tentang kekaguman bertaraf lillah.
Engkau yang matanya teduh
yang tuturnya lembut penuh santun dan wibawa
yang wajahnya menenangkan meski kau sembunyikan di balik tabir kehormatan.
Aku akan memuisikanmu.
Dalam lirih sajak cintaku.
maka ikhlaslah, bila kau kucinta
meski kau tak mencintaku.
Kau laksana embun yang membasahi dedaunan di penghulu hari.
Layaknya bunga lily yang putih bersih.
Teratai yang indah, mengubah kubang lumpur menjadi pemandangan surga.
Selaksa bulan purnama yang merebut kegelapan malam.
Selembut desir angin malam yang melenakan.
Aku diberangus cinta.
Cinta yang mengantarku pada "telapak kaki" Tuhan semesta
yang mengajarkan tentang arti merindu yang hakiki.
Tentang sebuah kesempurnaan di antara celah kealpaan.
Engkau penguat jiwa-jiwa rapuh, setelah firman Tuhan dan sabda Nabiku.
Engkau lentera jiwa di antara kegelapan hampa dunia.
Maka, sudikah dirimu membiarkanku jadi pecinta
yang tak perlu kau anggap rupa dan cintanya
yang tak perlu kau pusingkan membuatmu terluka.
Kau laksana bidadari yang turun ke bumi.
Membawa aroma wangi telaga kautsar
yang melambangkan indah rerumput hijau sempurna rahmat Tuhan
yang membawa kabar tentang tahta berhias lu'lu dan marjan.
Maka sekali lagi
ini adalah syair tentang bidadari bermata bening.
Berwibawa dalam keanggunan yang nyata.
Dalam penjagaan izzah dan maruah yang sempurna.
Maaf, aku terjerembab dalam kekaguman rahmat Tuhan
yang tak bisa kupungkiri kini menawanku.
Sang penyair dan hamba pendosa hina
yang mendamba rahmat dari Tuhannya.
Maka ikhlaslah.
Biar secarik doa aku tuliskan.
Biar sebait pinta aku lantunkan.
Dan, sebuah pengharapan aku hamparkan.
Pada persinggahan sepertiga malam.
Lalu, aku dawamkan bersama zikir dan kalam Tuhan
agar engkau tidak kunisbatkan sebagai penguasa hati.
Namun, kupinta jadi pelengkap diri.
.
Tentangmu yang bermata bening.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H