Mohon tunggu...
Samudra Eka Cipta
Samudra Eka Cipta Mohon Tunggu... Lainnya - Pecinta Travel dan Jalan-Jalan

Jadikanlah Setiap Peristiwa Sebagai Guyonan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keharmonisan Soekarno dengan Nikita Khruschev dalam Membangun Hubungan Diplomatik Indonesia-Soviet (1950-1965)

5 November 2020   17:44 Diperbarui: 5 November 2020   17:56 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ebay.com/usr/historicimages-store

DIPLOMASI BUDAYA INDONESIA-SOVIET

Pada mulanya kerjasama antara Indonesia dnan Soviet terfokuskan pada masalah sosial politik dan pertahanan. Secara  kebetulan, peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia selama 1960an dapat dikatakan sangat menganggu stabilitas dimulai dengan permasalahan Irian Barat yang memaksakan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) untuk menentukn nasib Irian Barat selanjutnya, permasalahan Konfrontasi Indonesia-Malaysia yang lagi-lagi disebabkan oleh faktor ksternal.

Tidak hanya sampai situ, permasalahan juga terjadi di dalam negeri seperti Pemberontakan PRRI di wilayah Sumatera Timur (Pemerintahan Revolusioner Indonesia) dan Permesta (Perdjuangan Rakjat Semesta) yang terjadi di wilayah Sulawesi Utara dengan melibatkan Daniel Maukar salah seorang mantan Pilot Auri yang berusaha menyerang ke istana ketika perwistiwa Permesta meletus. Kondisi tersebut memaksakan Indonesia meminta bantuan persenjataan terutama berjenis AK-47 kepada Soviet.

Diplomasi kebudayaan antara Indonesia-Soviet sebenarnya tidak begitu direalisasikan secara nyata diplomasi budaya hanya dilakukan sebagai usaha Soviet dalam membangun negara sosialis di mata dunia. Terlebih saat itu secara personal Soekarno memiliki visi dan misi dengan Marhaenisme nya yang dianggap sejalan dengan tujuan Uni Soviet. Kedua negara trsebut masing-masing mempelajari dan mengkaji pola gerakan sosialisme.

Meskipun sesama sosialisme namun nampaknya antara Indonesia dengan Soviet memiliki corak gerakan terutama pada massa yang berbea. Sosialisme di Soviet lebih didominasi oleh kelas buruh dan pekerja sebagai motor geraknan sedangkan di Indonesia lebih didominasi oleh kelas petani mlalui BTI (Buruh Tani Indonesia) sehingga Marhaenisme sangat cocok bagi kelas petani.

Diplomasi kebudayaan mereka disisi lain berbentuk soft diplomacy artinya suatu diplomasi yang sejatinya bersifat netral tidak terlalu intervensi dan cenderung tenang. Adapun bentuk Hubungan Diplomasi Kebudayaan Indonesia  Soviet yakni didiriknnya BHKIS (Badan Hubungan Kebudayaan Indonesia Soviet). Beberapa tokoh dari LEKRA (Lembga Kebudajaan Rakjat) seperti Pramoedya Ananta Toer selalu berkontribusi aktif pada BHKIS.

Pramoedya banyak menerjemahkan beberapa karya tokoh Kiri Terkenal seperti Friederich Engels, Maxim Gorki, dan Stalin. Selain itu didirikannya lembaga penerbitan swasta sebagai bentuk diplomsi Soviet-Indonesia yaknni Jajasan Pembaharu yang banyak sekali menerbitkan buu-buku beraliran kiri. Hal inilah yang menyebabkan semakin nyata dipomasi Indonesia-Soviet dalam hal bidang kebudayaan

BANTUAN EKONOMI SOVIET MASA KHRUSCHEV

Tahun 1956-1962 merupakan puncak "kemesraan" hubungan Indonesia-Uni Soviet. Hal ini tercermin dari kedekatannya hubungan kedua kepala negara dengan adanya saling kunjung. Pada tanggal 28 Agustus-12 September 1956 Presiden Soekarno berkunjung ke Moskow. Dalam kunjungan tersebut, pada tanggal 11 September 1956 dihadapan Presiden Soekarno dan petinggi-petinggi Uni Soviet seperti Mikoyan, Voroshilov, Kaganovich dan Malenkov, Menteri Luar Negeri Indonesia Ruslan Abdulgani dan Wakil Menteri Luar Negeri Uni Soviet Gromyko menandatangani Kesepakatan Bersama (Joint Statement).

Pada bulan Juni 1961 Presiden Soekarno melakukan kunjungan ke Uni Soviet dan pada tahun 1957 Ketua Presidium Uni Soviet Tertinggi K.Y. Voroshilov serta pada Februari 1960 Perdana Menteri Nikita Khuschev berkunjung ke Indonesia.

Pada tahun 1962 setelah Khruschev berkunjung ke Indonesia, Soviet mengucurkan ratusan dollar dalam peminjaman dana untuk pembangunan Rumah Sakit ''Persahabatan'' di Klender, Jakarta.  Banyak sekali perusahaan-perusahaan milik Soviet berdiri di Indonesia. Kebanyakan perusahaan yang dibantu oleh Societ yakni perusahaan yang berbasis IPTEK dan Militer. Namun, perusahaan-perusahaan milik Soviet pada akhirnya banyak yang terbengkalai dikarenakan faktor kondisi perpolitikan Indonesia yng belum stabil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun