Mohon tunggu...
SAMSUTO
SAMSUTO Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Menulis menjadikan diri kita hidup "abadi", menulis membuat ide terus berkembang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nak

4 Agustus 2022   12:54 Diperbarui: 4 Agustus 2022   13:29 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

NAK

Oleh: Samsuto

Waktu beranjak tanpa jeda

Kau pun sudah sekian lama pergi

Meninggalkan jejak di sanubariku

Masih terngiang do'amu

Ketika kuterbaring dalam beku

"Ya Allah sembuhkan ayakku, agar bisa bekerja mencari biaya buat operasi jantungku"

Perlahan dalam semangat memantik

Kutepis putusasaku dengan berjuta harap

Perlahan dan tertatih

Kutahan setiap debar

Karena tatap matamu adalah telaga Nak!

Masih dalam kabut yang mulai menipis

Kulihat kau lelah Nak,

Satu hari kau bersemangat

Menarik diriku

Merayuku untuk sekedar ijin kauperoleh

"Ayah, bolehkan aku menginap di rumah tante?"

Tak pernah ku membiarkanmu

Menjauh tanpa aku atau mamamu

Namun Nak, taukah kau?

Hari itu kulihat wajahmu cerah

Sehingga tak tega ku menahan

Melewati hari tanpamu Nak,

Sepi menghujam

Kau pulang dengan berjuta cerita

Seakan menguak kabut yang mengungkungku

Kudengar Nak, setiap ceritamu

Malam berlalu

Kulihat Nak, ada yang tak biasa

Entahlah

Kenapa hatiku begitu berbeda

Kupeluk engkau

"Ya Allah kalau tiba masanya takdirnya, maka jadikan ridho atas hatiku"

Suatu hari

Saat kumasih terengah

Melewati batas hari memaksa untuk

Menapak di trotoar RS. Harapan kita

Kudengar suara dokter mendesah.

"Pak, saturasi anak bapak terus menurun"

Entahlah Nak, maknanya apa

Ayahmu terlalu pandir

Untuk mengeja setiap kata canggih itu, 

Kuhanya tertegun diam,

Nak, tiba masa itu

Kau kulihat lelah

Hari itu kupeluk kau

Kutuntun dalam do'a

"Ya Allah walaupun Fadlli sakit jantung, dan dada terasa sesak Fadlli pasrah Fadlli Ikhlas".

Kudengar suaramu begitu jelas

Kau pemberani Nak, 

Ayahmu yang masih terengah

Terpaku pada pintu

Tak mampu mengantarmu

Kau tatap aku begitu lama

Nak, aku ridho dan Ikhlas atas segalanya

Kuiring taksi biru itu berlalu

Menjalin roda di Jakarta yang macet,

Berlalu menit pilu Nak, 

Telpon berdering"Ayah, Fadlii sudah pergi". Pilu suara mamamu di ujung sana."Dia pergi setelah kubilang ayahmu Ikhlas Nak, dan setelah mendengar suaramu lewat telpon"

Nak, sudah 4 tahun

Saat pembaringanmu basah,

Aku tahu Nak, kau bahagia di sana

Di sisi yang Maha Pengasih

Tau kau Nak,

Ayahmu merindu dalam Ridho

Menteng 280914

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun