Mohon tunggu...
Saepul Alam
Saepul Alam Mohon Tunggu... Penulis

Geopolitics, Democracy, Activism, Politics, Law, and Social Culture.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Geopolitik Afrika: Antara Neo-kolonialisme dan Kebangkitan Ekonomi

16 Juli 2025   10:26 Diperbarui: 16 Juli 2025   10:32 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ilustrasi Geopolitik Afrika (Sumber Gambar: University World News)

Afrika, sebagai benua dengan kekayaan alam melimpah dan sejarah panjang kolonialisme, kini kembali menjadi pusat perhatian dalam diskursus geopolitik global. Pasca era dekolonisasi pada pertengahan abad ke-20, banyak negara Afrika secara formal meraih kemerdekaan dari kekuasaan kolonial Eropa.

Namun, seiring berjalannya waktu, muncul dinamika baru yang menandakan adanya bentuk dominasi yang berbeda, dikenal sebagai neo-kolonialisme. Dalam situasi ini, meskipun negara-negara Afrika telah merdeka secara politik, mereka tetap berada di bawah pengaruh kekuatan asing, baik secara ekonomi, politik, maupun budaya.

Di tengah tekanan tersebut, Afrika juga menyaksikan berbagai upaya kebangkitan ekonomi yang menunjukkan adanya potensi besar untuk lepas dari ketergantungan eksternal. Tulisan ini mengkaji persinggungan antara realitas neo-kolonialisme dan aspirasi kebangkitan ekonomi di Afrika dalam konteks geopolitik kontemporer.

Kolonialisme Eropa meninggalkan bekas luka mendalam dalam struktur sosial, politik, dan ekonomi Afrika. Pembagian wilayah berdasarkan kepentingan kolonial tanpa mempertimbangkan dinamika etnis dan budaya lokal menciptakan ketegangan sosial yang masih berlangsung hingga kini.

Eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran dan peminggiran masyarakat lokal dari proses produksi ekonomi telah membentuk pola ketergantungan yang sulit dihapus. Infrastruktur yang dibangun semata-mata untuk kepentingan ekspor ke negara kolonial memperjelas bahwa Afrika tidak pernah dimaksudkan menjadi pusat produksi mandiri dalam sistem ekonomi global.

Pasca kemerdekaan, banyak negara Afrika mewarisi struktur negara yang lemah, bergantung pada ekspor komoditas primer dan utang luar negeri. Warisan kolonial ini menjadi titik awal yang tidak menguntungkan bagi pembangunan jangka panjang. Banyak pemerintah baru juga masih didikte oleh kepentingan ekonomi dan politik dari bekas negara penjajah atau kekuatan global lain yang muncul.

Neo-kolonialisme di Afrika mengambil bentuk yang lebih kompleks dan terselubung dibandingkan kolonialisme klasik. Konsep ini merujuk pada pengaruh dominan kekuatan asing baik negara maju, perusahaan multinasional, maupun institusi keuangan internasional yang memanfaatkan ketergantungan struktural negara-negara Afrika untuk mengontrol keputusan politik dan ekonomi mereka. Salah satu ciri utama dari neo-kolonialisme adalah dominasi ekonomi melalui utang, perjanjian perdagangan yang timpang, serta kontrol atas sumber daya strategis.

Organisasi seperti IMF dan Bank Dunia kerap dituduh memperkuat ketergantungan ini melalui kebijakan penyesuaian struktural yang memaksa negara-negara Afrika melakukan privatisasi dan membuka pasar domestik mereka bagi investor asing.

Alhasil, banyak sektor vital seperti energi, pertambangan, dan komunikasi jatuh ke tangan perusahaan transnasional. Walaupun investasi asing secara teori membawa modal dan teknologi, dalam praktiknya justru menciptakan aliran kekayaan ke luar negeri dan menyisakan ketergantungan yang berkepanjangan.

Selain itu, Afrika hari ini menjadi arena perebutan pengaruh antara kekuatan global seperti Tiongkok, Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia, dan bahkan negara-negara Teluk seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Masing-masing aktor membawa pendekatan yang berbeda, namun tujuannya serupa: memperoleh akses terhadap sumber daya strategis, memperluas pasar, dan mengukuhkan posisi geopolitik mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun