Mohon tunggu...
S Widjaja
S Widjaja Mohon Tunggu... lainnya -

Sharing ideas through writing.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Musashi: The Journey of A Warrior & The Book of Five Rings (14)

24 April 2016   21:57 Diperbarui: 2 Juni 2016   20:42 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Mungkin orang yang mengatakan latihan seperti ini untuk meningkatkan kemampuan fisik cuma akal-akalan saja supaya para murid rajin mengepel dan membersihkan lantai dojo.

Setelah memerhatikan beberapa saat, ia segera meninggalkan tempat itu. Tanpa  disadarinya, pandangan mata Munisai mengikuti langkahnya meninggalkan dojo. Mata yang biasanya garang itu tampak sedikit meredup, seperti sedang merenung. Tidak lama lagi … Dan aku tidak akan pernah melihatnya lagi.

Bennosuke sering membayangkan dirinya berlatih tanding dengan murid-murid ayahnya – bagaimana ia merespons serangan mereka dengan menghindar, menangkis, ataupun bahkan mendahului menyerang.

Ia bahkan dengan penuh percaya diri pernah mengatakan kepada Dorin bahwa ia mampu mengalahkan beberapa orang di antara mereka. Ada beberapa hal yang menjadi catatan Bennosuke: kecepatan gerakan kaki saat maju melangkah, ayunan pedang yang kurang terarah, serta kemampuan menghindar yang lamban. Semua kelemahan yang ada pada murid-murid ayahnya ‘yang itu’ tidak lepas dari pengamatan Bennosuke. Yang dimaksud dengan ‘yang itu’ adalah Sannosuke, Madaemon, Yanabe, dan Matachiro.

Ketika memerhatikan latih tanding murid-murid ayahnya, dan membandingkannya dengan apa yang kerap ia amati – pertarungan Munisai dengan para penantangnya, Bennosuke seperti melihat dua peristiwa yang sangat berbeda. Sepintas saja sudah terlihat perbedaan yang amat nyata, bahkan kesan yang ditimbulkan dan atmosfer di arena pertarungan pun terasa sangat berbeda. Para penantang Munisai adalah pendekar yang mumpuni – berpengalaman dan memiliki kemampuan yang jauh di atas murid-murid Munisai.

 Membandingkan pertarungan yang berbeda kelas itu, Bennosuke seperti sedang menonton pertarungan antara sesama orang dewasa di satu sisi dan pertarungan antara anak-anak di sisi lainnya. Mungkin seperti itulah perbandingan kemampuan para pendekar yang berpengalaman dibandingkan dengan murid-murid yang masih dalam taraf belajar ilmu pedang.


Satu hal yang tidak lepas dari perhatian Bennosuke adalah mata para petarung itu. Mata mereka saling memandang satu sama lain. Mereka bukan sedang mengukur kekuatan lawan, tetapi berusaha mencari tahu apa yang akan dilakukan lawan. Dengan memerhatikan mata lawan, maka semua gerakan tubuhnya – tangan, kaki, bahu, pinggang, dan sebagainya, akan terlihat dan bisa dirasakan. Memerhatikan mata lawan seperti membaca pikiran mereka.

Tiba-tiba Bennosuke menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang – tepat ketika tangan Dorin akan menepuk bahu kanannya.

“Eh, Paman?” tanyanya keheranan.

Bennosuke melihat Dorin sepertinya sedang tersenyum.

Anak ini instingnya semakin kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun