Mohon tunggu...
Muhamad Idris Solihin
Muhamad Idris Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa UINKHAS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

24 November 2023   08:20 Diperbarui: 24 November 2023   08:20 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Institusi pendidikan biasanya ialah jalur konkrit bagi arus vertikal ke atas, atau bahkan dipandang sebagai elevator sosial (perangkat) yang berubah dari posisi rendah ke posisi lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mencapai jabatan yang lebih tinggi. Seorang anak dari keluarga sederhana dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Sesudah mereka lulus, ia menguasai ilmu bisnis juga mengamalkan ilmunya untuk memulai usaha dan menjadi pemhisnis sukses sehingga meningkatkan status sosialnya.

  • Organisasi Politik

Seperti halnya angkatan bersenjata, organisasi politik mengizinkan anggotanya yang setia serta mengabdikan diri untuk menduduki posisi yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan status sosial mereka..

  • Ekonomi

Organisasi perekonomian misalnya perusahaan, koperasi, juga BUMN bisa meningkatkan tingkat penghasilan individu. Dengan prestasinya yang membesar, maka semakin tinggi pula statusnya. Semakin tinggi kedudukannya maka semakin besar pula pendapatannya. Karena penghasilannya meningkat, kekayaannya pun meningkat. Terlebih lagi, seiring bertambahnya kekayaannya, status sosialnya pun meningkat.

  • Keahlian 

Sama seperti situs kerja ilmiah, individu yang rajin menulis juga memberikan ilmu kepada grup tentu akan memiliki status lebih tinggi dari rata-rata pengguna. Banyak pemikiran atau gagasan penting yang memiliki manfaat bagi pembaca serta dapat membantu menambah pengetahuan yang relevan, bahkan gagasan tersebut busa menjadi bahan atau inspirasi untuk memecahkan masalah kehidupan yang mereka hadapi. 

  • Perkawinan

Melalui perkawinan, individu dapat mengubah status atau status sosialnya. Contohnya, individu biasa saja menikah dengan individu yang kaya, otomatis status sosialnya bergerak menjadi kaya karena menikah dengan si kaya.[10]  

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pendidikan ialah saluran mobilitas sosial bagi seseorang atau kelompok sosial. Pendidikan terdapat kemungkinan terjadinya mobilitas sosial. Melalui pendidikan, individu bisa meningkatkan status sosial mereka. Pendidikan yang adil memberikan pendidikan dasar yang setara juga mempersempit ketidaksamaan antara kelompok tinggi dengan rendah. Dengan pendidikan, orang-orang yang buta huruf dapat membaca surat kabar juga majalah yang sama dan ikut berfikir mengenai isu-isu sosial, budaya, politik, agama serta ekonomi yang tidsk berbeda. 

Adapun menurut Abdullah, fator-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial dengan penjelasan sebagai berikut:[11] 

  • Perubahan kondisi sosial. Misalnya, kemajuan teknologi bisa memberikan peluang terjadinya mobilitas sosial. Menggunakan Internet di sekolah tidak bisa dianggap hal yang aneh. Di lembaga pendidikan, banyak tenaga pendidik juga fasilitas pendukung pembelajaran mulai menyediakan layanan Internet. Perbedaan antara siswa dari latar belakang yang tidak sama mulai berkurang juga mereka bisa memakai Internet secara bersamaan. Pengetahuan mereka bertambah, membuat mereka menonjol dan akhirnya status sosialnya, seperti siswa cerdas dari keluarga kurang mampu.
  • Ekspansi teritorial dan gerak populasi. Perluasan wilayah juga perpindahan penduduk membuktikan fleksibilitas struktur berlapis serta mobilitas sosial. Contohnya saja perkembangan kota, migrasi penduduk, pertambahan juga penurunan penduduk.
  • Komunikasi yang bebas. Situasi yang membatasi komunikasi antar kelas yang berbeda akan memperkuat batasan antar kelas yang ada untuk pertukaran pengetahuan dan pengalaman serta menghambat mobilitas sosial. Di sisi lain, pendidikan dan komunikasi yang bebas dan efektif akan mengaburkan semua batasan kelas sosial dan menstimulasi mobilitas sekaligus meruntuhkan hambatan terhadap kemajuan kita..
  • Pembagian Kerja. Terjadinya mobilitas juga bisa disebabkan oleh tingkat pembagian kerja yang tersedia. Apabila tingkat pembagian kerja tinggi juga terspesialisasi, jadi mobilitas sosial akan rendah serta masyarakat sulit berpindah dari 1 kelas ke kelas lain sebab spesialisasi pekerjaan memerlukan kemampuan khusus. Situasi ini dapat mendorong anggota masyarakat untuk bekerja lebih keras untuk mencapai status sosial tersebut.
  • Tingkat fertilitas yang berbeda. Kelompok masyarakat yang latar belakang sosial ekonominya juga pendidikannya rendah akan cenderung mempunyai tingkat kesuburan yang lebih tinggi. Di hal yang lain, masyarakat dengan latar belakang kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi juga kesuburan. Dengan hal ini, masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi serta pendidikan rendah memiliki peluang untuk lebih banyak bereproduksi juga meningkatkan kualitas keturunannya, sekaligus menunjukkan bahwa mobilitas sosial dapat terjadi.
  • Kemudahan dalam akses pendidikan. Jika pendidikan berkualitas tidak sulit diakses, maka masyarakat akan lebih mudah untuk berpindah-pindah dengan ilmu yang diperolehnya semasa menjadi pelajar. Di sisi lain, sulitnya memperoleh pendidikan yang berkualitas akan menyulitkan mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang baik untuk mengubah keadaannya saat ini karena kurangnya pengetahuan.

Salah satu hal yang menjadi fokus dalam penelitian mobilitas sosial adalah hubungan antara mobilitas sosial struktural dan mobilitas sosial nonstruktural, yaitu mobilitas yang sebelumnya terjadi karena adanya perubahan berupa perubahan struktur pekerjaan (misalnya ada yang relatif terhadap kelas), kelompok status, dll) dalam masyarakat tertentu dan kemudian menuju gerakan tertentu yang melibatkan perubahan. 

Adapun faktor yang menghambat mobilitas sosial menurut Abdullah yakni:

  • Perbedaan kelas rasial. Seperti yang terjadi di Afrika Selatan beberapa waktu lalu. Saat itu, orang kulit putih sedang berkuasa juga tidak memberikan peluang kepada orang kulit hitam untuk duduk bersama sebagai penguasa di pemerintahan, maupun di sistem pendidikan. Sistem ini dikenal sebagai apartheid juga diperkirakan berakhir saat Nelson Mandela, sosok pria kulit hitam, terpilih sebagai presiden Afrika Selatan. Mirip dengan situasi kelompok Aborigin di Australia, yang tidak diberi kesempatan terbaik dalam pemerintahan dan sistem pendidikan Australia. Anak-anak Aborigin umumnya mempunyai sekolah khusus yang disebut sekolah Aborigin. Begitu pula dengan suku Mahowak di Kanada (Amerika Utara) yang agak mirip dengan suku Aborigin, mereka memiliki desa khusus dan sekolah khusus. Dipandang dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan, juga struktur politik, mereka belum menempatkan diri sejajar dengan orang kulit putih (white people).
  • Agama. Di negara yang kebanyakan penduduknya menganut agama tertentu, terkadang sulit bagi penganut agama tersebut untuk mendapat tempat dalam realitas kehidupan berbangsa, padahal secara resmi agama yang tidak banyak penganutnya mempunyai hak yang tidak berbeda.
  • Diskriminasi kelas. Dalam sistem kelas terbuka, hal ini bisa menghambat mobilitas sosial ke atas. Hal ini dibuktikan dengan status organisasi tertentu yang tunduk pada beberapa syarat juga ketentuan sehingga cuma sedikit yang bisa mendapatkannya. Contohnya, saat penerimaan siswa berprestasi dibatasi cukup pada 120 siswa penderita lupus yang berprestasi, maka Anaya termasuk di antara 120 siswa yang mempunyai kesempatan untuk bangkit di masyarakat dan menjadi siswa berprestasi di kota tertentu.
  • Kemiskinan. Kemiskinan bisa memperlambat perkembangan individu juga pencapaian status sosial tertentu. Contohnya, seorang anak memutuskan untuk tidak meneruskan sekolah sebab orang tua mereka tidak mampu lagi membayari biaya sekolahnya. Oleh karena itu, anak tidak mempunyai peluang untuk meningkatkan status sosialnya.
  • Perbedaan jenis kelamin. Dalam masyarakat, perbedaan gender juga mempengaruhi prestasi, kekuasaan, status sosial, juga peluang untuk meningkatkan status sosial seseorang. Dalam bidang pendidikan, apabila terdapat situasi dimana siswa perempuan dengan siswa laki-laki lebih pintar, terkadang akan terjadi perlakuan yang berbeda, seperti mengutamakan siswa laki-laki sebagai ketua kelas.[12]   

PA Sorokin mengatakan mobilitas sosial dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) Mobilitas vertikal, mencakup (a) pendakian sosial, dari status rendah ke tinggi, dimana status tinggi sudah ada sebelum itu; juga terbentuknya kelompok status baru sebab status yang lebih tinggi. (promosi) belum ada, seperti kelompok korporasi, eksekutif, super eksekutif, dll; (b) Social sinking, turunnya kelompok tinggi ke kelompok bawah; serta peringkat kelompok menurun; (2) Arus Horisontal, yaitu perubahan linier, misalnya petani berganti pekerjaan menjadi buruh pabrik.[13] 

Gerakan sosial vertikal yang muncul mempunyai bentuk utama sebagai berikut:

  • Seseorang yang kedudukannya lebih rendah berpindah ke kedudukan yang lebih tinggi (jabatan yang sudah ada sebelumnya). Misalnya, seseorang bekerja di Kantor A serta diangkat menjadi petugas di Kantor A
  • Membentuk kelompok baru kemudian menempatkannya pada tingkat yang lebih tinggi dari individu yang membentuk kelompok tersebut. Misalnya, dengan berdirinya suatu organisasi, pemberian kesempatan kepada seseorang untuk menjadi ketua umum menandakan bahwa status orang tersebut meningkat. Pada saat yang sama, ada dua bentuk utama gerakan vertikal ke bawah:
  • Status mereka yang lebih rendah dalam hierarki menurun. Misalnya, seorang pejabat dipecat karena korupsi.
  • Menurunnya status suatu kelompok dapat mengakibatkan disintegrasi kelompok secara keseluruhan.[14] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun