Mohon tunggu...
Muhamad Idris Solihin
Muhamad Idris Solihin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa UINKHAS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Islam dan Mobilitas Sosial

24 November 2023   08:20 Diperbarui: 24 November 2023   08:20 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai makhluk sosial, manusia tentunya tidak terlepas dari mobilitas sosial. Entah menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dari sebelumnya, atau hanya bergerak tanpa mengubah posisinya. Misalnya, seorang guru menjadi pemilik toko buku, atau seseorang berpindah pekerjaan karena gaji yang lebih tinggi dan kehidupan yang lebih baik, kemudian ia memulai gerakan sosial. Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena mobilitas lebih besar kemungkinannya. Mobilitas sosial merupakan gerakan masyarakat yang bertujuan untuk membawa perubahan ke arah yang lebih baik.[5] 

Nasution mengartikan mobilitas sosial dalam 2 arti. Pertama, status suatu sektor masyarakat secara seluruhnya berubah dibandingkan dengan sektor lainnya. Contohnya saja pada zaman dahulu kedudukan pendidik (guru) sangat dihormati, namun kini penghormatan terhadap guru tidak lagi setinggi dahulu. Kedua, mobilitas sosial merujuk pada kemungkinan seseorang berpindah dari satu strata sosial ke strata sosial lainnya, yang dapat dilihat di sekitar lingkungan individu tersebut.[6] 

Menurut Bagong Suyanto dari Khaidir, mobilitas sosial adalah perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial yang lain, atau dari 1 kelas ke kelas yang lain, baik berbentuk kenaikan atau menurun dari status sosial sebelumnya, umumnya termasuk pendapatan, yang bisa dialami oleh berbagai individu, kelompok atau semua anggota kelompok.[7]  

Mobilitas sosial menggambarkan pergerakan orang yang status dan perannya dalam masyarakat berubah dari waktu ke waktu. Secara umum mobilitas sering diartikan sebagai suatu proses pergerakan, atau pergerakan individu atau kelompok melalui tingkatan atau kelas sosial. Secara umum, ada cara-cara berikut bagi orang untuk bergerak secara sosial yakni:

  • Perubahan standar hidup

Peningkatan pendapatan tidak serta merta meningkatkan status. Sebaliknya, hal ini akan mencerminkan standar hidup yang lebih tinggi. Hal ini berpengaruh dalam meningkatkan status. Mislanya: Seorang pegawai tingkat rendah, karena dia berhasil dan berprestasi, dipromosikan menjadi manager, sehingga meningkatkan tingkat penghasilannya. Jika ia tidak mengubah taraf hidupnya, misalnya ia memutuskan untuk tetap hidup sebagai pegawai rendahan, maka status sosialnya tidak dapat dikatakan membaik..

  • Perubahan tempat tinggal

Untuk meningkatkan status sosialnya, individu bisa berpindah dari tempat tinggal aslinya ke tempat tinggal yang baru. Atau merenovasi hunian lamanya agar lebih megah, indah dan mewah. Orang yang memiliki rumah mewah dengan sendirinya akan disebut kaya oleh masyarakat, hal ini menandakan terjadinya gerakan sosial vertikal.

  • Perkawinan

Kenaikan status sosial yang lebih tinggi bisa dicapai dengan pernikahan. Misalnya, Seorang perempuan dari keluarga amat biasa saja menikah dengan laki-laki dari keluarga yang terpandang di masyarakat serta kaya raya, maka perkawinan tersebut bisa meningkatkan derajat perempuan tersebut. Oleh karena itu, dapat dikatakan terjadi mobilitas sosial vertikal..[8]  

Selain itu, terdapat pula beberapa cara lain untuk melakukan mobilitas sosial, diantaranya adalah melalui:

  • Perubahan nama. Dalam masyarakat, nama dikaitkan dengan status sosial tertentu. Gerakan sosial ke atas bisa dilakukan dengan mengganti nama seseorang menjadi nama yang menunjukkan status sosial yang lebih tinggi. Misalnya pada masyarakat feodal Jawa, ada kata "kang" yang merujuk pada laki-laki biasa. Jika pria tersebut diangkat menjadi kepala pamong praja, gelar "Kang" akan diubah menjadi "Raden" berdasarkan jabatan barunya..
  • Pernikahan. Status sosial dapat dinaikkan ke tingkat yang lebih tinggi melalui pernikahan. Misalnya, seseorang dari keluarga yang amat biasa saja menikah dengan seseorang dari keluarga yang kaya juga terpandang di masyarakat. Pernikahan bisa meningkatkan status si perempuan tersebut.
  • Bergabung (berafiliasi) dengan asosiasi tertentu. Individu bisa meningkatkan statusnya dengan ikut serta dalam suatu organisasi tertentu. Misalnya, individu yang tidak sekolah bisa ikut serta dengan ormas tertentu. Sesudah ikut serta dengan ormas, ia mulai sadar atas kemampuan dirinya. Dia kemudian diangkat menjadi presiden organisasi tersebut serta menjadi terkenal di masyarakat. Akibatnya, status sosialnya meningkat.[9] 

Sementara itu, Sorikin mengatakan terdapat beberapa saluran mobilitas sosial:

  • Angkatan Bersenjata

TNI ialah organisasi yang bisa melalui jalur mobilitas vertikal ke atas yang disebut tahapan promosi. Misalnya, seorang prajurit yang mengabdi pada negara dan menyelamatkan negara serta menumpas pemberontakan akan diapresiasi oleh masyarakat. Meskipun ia berasal dari masyarakat kelas bawah, ia dapat memperoleh pangkat/jabatan yang lebih tinggi.

  • Lembaga Keagamaan

Lembaga keagamaan bisa meningkatkan status sosial individu, seperti pihak yang turut andil dalam pengembangan agama, misalnya ustadz, pendeta, juga biksu. Status sosial mereka akan meningkatkan di masyarakat, khususnya bagi komunitas pemeluk agama tertentu..

  • Lembaga Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun