Mohon tunggu...
Mamik Rosita
Mamik Rosita Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Supervisor, Praktisi Pendidikan

Blok ini berisi tentang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Andai Itu Bapakku...

6 April 2021   12:46 Diperbarui: 6 April 2021   12:55 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat pemandangan ini setiap hari di jalanan ke kantorku, bukan malah membuat aku terbiasa lantas mengabaikannya. Namun lantas membuat aku iba dan berpikir "andai itu bapakku, apa yang akan aku lakukan?"

Bapak....

Andai orang bersepeda tua dengan dagangan air aqua yang ada di lampu merah itu adalah dirimu..maka hatiku akan sangat senang dan bahagia. Karena aku bisa berbakti kepadamu. Setiap hari aku akan buatkan segelas teh manis di meja yang kursinya biasa engkau duduki. Lalu sepiring nasi atau camilan akan aku sediakan disampingnya. Supaya engkau tidak akan kehausan dan kelaparan saat bekerja di jalanan, di siang terik itu. Aku juga akan membawakan bekal untukmu, supaya bapak bisa makan jika merasa lapar. Tentu aku tidak akan bisa makan enak, apabila bapakku kelaparan di jalanan, mengumpulkan rupiah- rupiah lusuh dari hasil jualan air mineral.

Andai itu bapakku...

Tentu aku tidak rela bapak kepanasan dan kehujanan di pinggir jalanan. Menjajakan sebotol demi sebotol minuman dengan keringat dan wajah penuh keletihan. Wajah yang tua dan penuh keriput itu tinggal tulang dan kulit...tak akan aku biarkan panas mentari membakar dan semakin menambah kepekatan.  

Pulanglah bapak...sudah cukup bapak menderita selama ini, mencari nafkah, membesarkan dan menyekolahkan kami.

Memberi makan, tak peduli perut bapak sendiri kelaparan. Memberi kami minum, meski tenggorokan bapak sendiri kehausan. Menyediakan air untuk kami bisa mandi, meskipun harus memikulnya berkilo- kilo dengan punggung dan bahu bapak yang ringkih itu serta bertekanjang kaki. Membayar sekolah kami, meski dengan berhutang kesana kemari, bahkan seringkali mendapatkan hinaan dan cacian, demi bisa membayar sekolah kami.

Pulanglah bapak... ini anak- anakmu sudah besar. Sudah bisa mencarikanmu uang, memberimu makanan yang lezat- lezat yang dulu tidak bisa engkau nikmati demi kami. Kini anakmu bisa membelikan apa yang engkau inginkan, tanpa perlu bapak membanting tulang  di tengah terik dan hujan.

Pulanglah bapak... selimut dan air hangat akan kami sediakan untuk bapak. Teh hangat dan makanan sudah menanti bapak, tanpa bapak harus mencarinya dari selembar uang dua ribuan yang lusuh. Karena anakmu sudah besar. Biarkan kami yang menggantikan semua tugas- tugas bapak....

Andaikan itu bapakku....

Tak akan kami biarkan bapak mengayuh sepeda tua itu dengan penuh kelelahan. Bapak sudah tua... biarkan kami yang menjadi kaki dan tangan bapak. Kami akan mengantar kemana bapak ingin pergi, tanpa harus bersusah payah mengayuh sepeda itu. Karena jalanan sekarang sudah semakin membahayakan untuk orang setua bapak. Banyak anak- anak muda yang ngebut di jalan, mobil dengan klakson yang memekakkan telinga sehingga bapak akan kaget. Jalanan sudah tidak ramah untuk orang selemah bapk..

Andai itu bapakku...

Aku akan sangat senang karena bapak masih hidup. Tapi sayangnya itu bukan bapak...

Karena bapakku yang sesungguhnya sudah tidak membutuhkan semua kenyamanan yang aku tawarkan. Bapak sudah tenang di alam sana. Bertemu dengan Tuhannya lebih cepat..

Semoga bapak bahagia disana.. Maafkan aku yang belum bisa membahagiakan bapak dulu...maafkan aku..

Titip bapak kami disana Ya Rabb...

Kami merindukan bapak...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun