Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Stres Ringan Menjadikan Hidup Kita Lebih Baik

2 Januari 2023   13:43 Diperbarui: 2 Januari 2023   14:57 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : istock.com/christianchan  

Pada setiap awal perkuliahan mata kuliah Genetika Ekologi untuk mahasiswa S3 saya selalu memberikan gambaran bahwa lingkungan yang dihadapi oleh mahluk hidup termasuk manusia selalu berubah ubah.

Agar dapat bertahan di kondisi lingkungan yang berubah ubah ini  maka individu harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara fisiologi dan psikologi.

Jika kondisi lingkungan tersebut sudah berada di ambang batas normal yang mempengaruhi zona nyaman maka secara alami tubuh kita akan berusaha mengembalikan fungsi fisiologisnya ke zona nyaman tersebut. Kemampuan inilah yang dikenal dengan sistem homeostasis yang secara alami dimiliki oleh semua makhluk hidup.

Stress Tidak Selalu Berdampak Negatif

Banyak orang berpendapat bahwa stress itu selalu berdampak negatif, benarkah demikian ?

Di dalam ilmu Genetika Ekologi, guna mengertak gen gen  yang dalam kondisi normal kurang aktif, maka stress diperlukan. 

Secara alami sress ringan pada hampir semua makhluk hidup akan meningkatkan performa karena   adanya aktivitas gen gen yang dalam kondisi normal kurang aktif.

Stres ringan ini akan terus  meningkatkan peforma makhluk hidup sampai batas tertentu yang jika stress terus berlanjut dalam intensitas tinggi maka baru akan terjadi penuruanan performa dan berdampak negatif pada individu.

Fenomena dimana stress meningkatkan performa individu dalam ilmu genetika ekologi dikenal dengan fase kompensasi.

Pada tahap tertentu sress memang berdampak buruk pada fisiologis maupun psikologis kita, namun stress memiliki peran yang sangat vital dalam memperkuat sistem kekebalan tubuh kita.

Tidak hanya sampai disini saja stress juga berfungsi membangun koneksi di otak kita yang berdampak pada peningkatan kinerja dan memperkuat ketahanan  kita dalam menjalani hidup  ini.

Jika kita kaitkan dengan teori Darwin, maka keberlangsungan suatu spesies di muka bumi ini dan juga keberadaannya tidak lepas dari kemampuan individu tersebut bertahan pada lingkungan yang penuh dengan stress.

Fluktuasi lingkungan dan ekspose terhadap stress inilah membuat makhluk hidup dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah ubah.

Oleh sebab itu,  teori fight and flight yang menjelaskan bagaimana individu merespon terhadap stress merupakan dua pilihan  yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi stress.

Jika memiliki kemampuan maka individu lebih memilih untuk lari dan keluar dari situasi stress yang dihadapinya.  Namun sebaliknya jika tidak memiliki pilihan lain  maka kahluk hidup harus bertahan dan melawan stress ini.

Secara alami individu memiliki kemampuan untuk melawan dan bertahan terhadap stress ini  dengan adanya gen khusus yang akan berfungsi untuk melindungi sistem tubuh jika terekspos pada stress.

Stress ringan dalam waktu yang pendek sudah dibuktikan secara ilmiah akan meningkatkan performa individu.

Sebagai contoh seorang atlit yang akan menghadapi suatu kompetisi tentukan akan mengalami ketegangan yang dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk stress ringan.

Ketegangan sebelum dan selama pertandingan yang dialami oleh atlit akan membantu sistem kardiovaskular dan musculoskeletal atril untuk menampilkan performa  optimalnya.

Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami stress dalam menyelesaikan pekerjaannya sekaligus mengasuh anak lebih produktif jika dibandingkan dengan orang yang masih lajang.

Jika individu mengalami stress fisik dan mental yang ringan maka tubuh akan memproduksi bahan kimia dalam darah yang dikenal sebagai interleukin.

Disamping itu tubuh juga akan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh yang berdampak pada peningkatan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.

Hal yang lebih menarik ternyata stress ringan yang dialami oleh ibu hamil dalam menjalankan kesehariannya akan menghasilkan bayi yang lebih terampil dan lebih berkembang pada usia 2 tahun jika dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu yang selama kehamilannya lebih santai dan tanpa mengalami stress.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang tetap aktif olahraga atau olahraga ringan selama usia paruh baya dan lanjut usia ternyata  kurang rentan terhadap penurunan otot.

Olah raga rutin tidak hanya membuat otot stress ringan, namun juga akan melatih sistem syaraf pusat dan cara berpikir kita.

Ketika otat mengalami kontraksi, maka otot akan mengirim sinyal ke neuron motoril, sel sel  otot yang mengontrol pergerakan dan juga menjaga agar sistem neoron tetap aktif dan berfungsi secara efisien.

Peningkatan aliran darah ini akan membantu menghilangkan "protein tau" dari otak dan cairan  serebrospinal yang sudah dibuktikan erat hubungannya dengan penyakit Alzheimer.

Kontraksi otot juga sudah dibuktikan secara ilmiah akan merangsang neuron untuk menghasilkan bahan kimia yang dikenal dengan faktor neurotropik yang berfungsi melindungi sel sel otak.

Dengan bertambahnya usia secara alami otak akan mengalami penyusutan yang akan berdampak pada daya ingat kita. 

Penyusutan otak ini dimulai  ketika orang memasuki usia 40 tahun dengan kecepatan 5% dalam setiap 10 tahun dan kecepatannya akan semakin  meningkat setelah mencapai usia 70 tahun.

Laju penyusutan otak ini dapat diperlambat dengan melakukan  olah raga secara teratur seperti misalnya jalan cepat, berlari, berenang dan bersepeda.  Hal ini terkait erat hubungannya dengan terpompanya darah keseluruh tubuh.

Olah sebab itu stress fisik ringan dengan cara melatih otot kita secara teratur merupakan kunci untuk memasuki hidup yang lebih sehat di hari tua. Agar kesimbangan tubuh dapat terus dijaga maka otot perlu dirangsang agar masa otot selalu terjaga.

Studi juga menunjukkan bahwa orang yang tetap aktif melalui olahraga atau olahraga ringan selama usia paruh baya dan lanjut usia juga kurang rentan terhadap penurunan otot.

Salah satu penjelasan yang diduga terkait dengan hal ini adalah stress ringan  jangka pendek dan singkat merangsang sel punca di otak untuk berkembang biak menjadi sel saraf baru, yang berdampak pada  kinerja mental yang lebih baik.

Di dalam ajaran Islam disebutkan bahwa Allah SWT memang sengaja mencoba ciptaanNya dengan berbagai bentuk stress yang berupa cobaan agar makhluk ciptaanNya menjadi lebih baik.

Cobaan yang diberikan kepada kita berbeda beda dan levelnya sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Oleh sebab itu apapun bentuk cobaan yang sedang kita hadapi hendaknya dipandang sebagai bentuk kecintaan Allah SWT kepada kita akan ke depan kita menjadi lebih baik lagi.

Rujukan: satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun