Mohon tunggu...
Rosni Dwi
Rosni Dwi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan pendidikan matematika

Jangan merasa diri tak mampu, karena ada Allah yang selalu membantu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpeloncoan Warisan Zaman Kegelapan Indonesia

14 Agustus 2022   13:35 Diperbarui: 14 Agustus 2022   13:36 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Eliott Reyna via Unsplash

Beberapa hari yang lalu, sempat ramai di social media terkait kegiatan ospek di tingkat pendidikan tinggi. Yang menjadi kegaduhan adalah adanya perpeloncoan di dalam kegiatan ospek tersebut.


Di sini saya tidak akan menjelaskan mengenai kegiatan perpeloncoan yang sempat viral kemarin, karena pasti sudah banyak orang yang mengetahuinya juga. Namun, pada tulisan kali ini saya akan mencoba membahas sejarah singkat perpeloncoan dan mengapa masih ada hingga saat ini?


Perpeloncoan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Bagi calon pelajar yang akan bersekolah di STOVIA akan mengalami masa perpeloncoan. Kata-kata keras akan keluar selama kegiatan itu.

Hingga kemudian masa penjajahan pun beralih kekuasaan dari Belanda ke Jepang. Perpeloncoan masih ada dan semakin keras praktiknya. Pada masa penjajahan Jepang, calon mahasiswa harus digunduli (laki-laki), dibentak oleh para senior, dan diperintah secara keras.


Setelah Indonesia merdeka, perpeloncoan masih ada yang kemudian dibalut dalam sebuah nama yaitu ospek. Hingga saat ini, kegiatan ospek masih ada yang melibatkan praktik perpeloncoan, khususnya di tingkat perguruan tinggi.


Menurut saya, ada beberapa hal yang menyebabkan perpeloncoan masih dipakai di unit pendidikan, (Disklaimer, ini untuk kasus yang di luar akademi militer), yaitu:


Pertama, adanya rasa ingin balas dendam. Mungkin hampir semua orang tahu bahwa salahsatu motivasi dari aksi ini adalah dulunya para senior itu pun mengalami ospek yang keras, sehingga dia ingin adik tingkatnya juga merasakan hal yang sama. Memang dalam kegiatan ospek ini seniornya harus tegas, tapi tegas bukan berarti harus keras, yaa.


Kedua, tidak adanya teguran atau perhatian dari pihak kampus. Seharusnya, pihak kampus memperhatikan kegiatan ospek dengan cermat. Apakah ada kekerasan, kegiatan yang merugikan, bullying, dsb.


Ospek itu kepanjangan dari orientasi studi dan pengenalan kampus. Seharusnya, kegiatan ini menjadi kenangan indah bagi para mahasiswa baru, dan awal yang seru dalam berkegiatan di kampus, bukan sebaliknnya.


Di balik kegiatan ospek yang menguras tenaga, ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan, yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun