Belajar dari Sejarah
Krisis 1997--1998 memberi pelajaran pahit: monopoli dan kroniisme dalam sektor strategis justru memperparah kerentanan ekonomi. IMF memang salah dalam resepnya, tetapi dominasi kelompok tertentu dalam ekonomi Orde Baru adalah biang kerok keruntuhan.
Kini, dengan memberi monopoli penuh ke Pertamina, apakah pemerintah sedang mengulang kesalahan sejarah? Bedanya, kali ini dilakukan atas nama "nasionalisme energi."
Rekomendasi Jalan Tengah
Jika pemerintah ingin menekan defisit migas dan memperkuat kedaulatan energi, solusinya bukan monopoli, melainkan:
1.Reformasi tata kelola Pertamina, agar transparan, akuntabel, dan efisien.
2.Mekanisme persaingan sehat, di mana Pertamina boleh dominan tetapi tidak boleh mematikan BU swasta.
3.Audit independen atas impor dan distribusi BBM, untuk mencegah rente dan korupsi.
4.Diversifikasi energi, agar ketergantungan pada impor BBM tidak lagi menjadi jebakan.
Kesimpulan
Kebijakan impor BBM satu pintu melalui Pertamina adalah contoh nyata politik jalan pintas: mudah dijual ke publik sebagai "nasionalisme energi," tetapi sesungguhnya menyimpan bom waktu. Monopoli ini hanya akan menyuburkan perburuan rente, membuka ruang korupsi lebih besar di Pertamina, mengusir investor, dan pada akhirnya menyengsarakan konsumen.
Sejarah mengajarkan kita: setiap kali negara memberi kekuasaan absolut pada satu lembaga tanpa kontrol, hasilnya selalu sama---korupsi, inefisiensi, dan krisis.
Jika pemerintah tidak segera mengoreksi arah kebijakan ini, maka target pertumbuhan ekonomi 8% hanyalah mimpi di atas kertas, sementara rakyat terjebak dalam antrean panjang di SPBU.
Referensi:
*Fahmy Radhi, UGM -- pernyataan soal margin SPBU asing (Kompas, 16/9/2025).
*KPPU, "Analisis Kebijakan Impor BBM Satu Pintu" (Bloomberg Technoz, 18/9/2025).
*Bahlil Lahadalia, "Pertamina representasi negara" (Antara, 17/9/2025).
*Laporan kasus BBM oplosan & inefisiensi Pertamina (Tempo, 2020; CNBC Indonesia, 2022).
*Studi rent-seeking sektor energi: Krueger, A. O. (1974). "The Political Economy of the Rent-Seeking Society."
Disclaimer