Mohon tunggu...
Ronald SumualPasir
Ronald SumualPasir Mohon Tunggu... Penulis dan Peniti Jalan Kehidupan. Menulis tidak untuk mencari popularitas dan financial gain tapi menulis untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran karena diam adalah pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Graduated from Boston University. Tall and brown skin. Love fishing, travelling and adventures.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

BBM Satu Pintu?: Jalan Pintas Menuju Korupsi,Reuters dan Krisis Energi dengan alasan Nasionalisme.

19 September 2025   07:52 Diperbarui: 19 September 2025   10:38 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Belajar dari Sejarah

Krisis 1997--1998 memberi pelajaran pahit: monopoli dan kroniisme dalam sektor strategis justru memperparah kerentanan ekonomi. IMF memang salah dalam resepnya, tetapi dominasi kelompok tertentu dalam ekonomi Orde Baru adalah biang kerok keruntuhan.

Kini, dengan memberi monopoli penuh ke Pertamina, apakah pemerintah sedang mengulang kesalahan sejarah? Bedanya, kali ini dilakukan atas nama "nasionalisme energi."

Rekomendasi Jalan Tengah

Jika pemerintah ingin menekan defisit migas dan memperkuat kedaulatan energi, solusinya bukan monopoli, melainkan:
1.Reformasi tata kelola Pertamina, agar transparan, akuntabel, dan efisien.
2.Mekanisme persaingan sehat, di mana Pertamina boleh dominan tetapi tidak boleh mematikan BU swasta.
3.Audit independen atas impor dan distribusi BBM, untuk mencegah rente dan korupsi.
4.Diversifikasi energi, agar ketergantungan pada impor BBM tidak lagi menjadi jebakan.

Kesimpulan

Kebijakan impor BBM satu pintu melalui Pertamina adalah contoh nyata politik jalan pintas: mudah dijual ke publik sebagai "nasionalisme energi," tetapi sesungguhnya menyimpan bom waktu. Monopoli ini hanya akan menyuburkan perburuan rente, membuka ruang korupsi lebih besar di Pertamina, mengusir investor, dan pada akhirnya menyengsarakan konsumen.

Sejarah mengajarkan kita: setiap kali negara memberi kekuasaan absolut pada satu lembaga tanpa kontrol, hasilnya selalu sama---korupsi, inefisiensi, dan krisis.

Jika pemerintah tidak segera mengoreksi arah kebijakan ini, maka target pertumbuhan ekonomi 8% hanyalah mimpi di atas kertas, sementara rakyat terjebak dalam antrean panjang di SPBU.

Referensi:
*Fahmy Radhi, UGM -- pernyataan soal margin SPBU asing (Kompas, 16/9/2025).
*KPPU, "Analisis Kebijakan Impor BBM Satu Pintu" (Bloomberg Technoz, 18/9/2025).
*Bahlil Lahadalia, "Pertamina representasi negara" (Antara, 17/9/2025).
*Laporan kasus BBM oplosan & inefisiensi Pertamina (Tempo, 2020; CNBC Indonesia, 2022).
*Studi rent-seeking sektor energi: Krueger, A. O. (1974). "The Political Economy of the Rent-Seeking Society."

Disclaimer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun