Langkah ini jelas diarahkan ke Iran. Bagi Teheran, milisi-milisi di Irak adalah bagian dari "arsitektur keamanan eksternal" yang dibangun untuk menghalau ancaman dan memperluas pengaruh. Dengan milisi proksi, Iran bisa memproyeksikan kekuatan tanpa harus mengirim pasukan regulernya.
Washington tahu betul bahwa dengan melemahkan jaringan proksi, Iran dipaksa bermain lebih terbuka. Inilah pesan simbolik dari Marco Rubio: AS ingin menegaskan bahwa Iran tidak bisa berlindung di balik proksi.
Tapi apakah strategi ini akan berhasil? Justru sebaliknya, ada kemungkinan besar bahwa Iran akan merespons dengan meningkatkan dukungan finansial dan militer kepada kelompok-kelompok ini. Alih-alih melemah, jaringan proksi Iran mungkin akan semakin solid karena melihat ancaman eksternal bersama.
Sekutu AS: Israel, Arab Saudi, dan Teluk
Kebijakan Washington ini juga harus dibaca sebagai sinyal bagi sekutu-sekutu tradisionalnya di kawasan, terutama Israel dan negara-negara Teluk. Israel selama ini memandang milisi pro-Iran di Irak sebagai ancaman langsung, mengingat jalur logistik persenjataan dari Iran ke Hizbullah di Lebanon sebagian melewati Irak dan Suriah.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab pun menyambut baik langkah AS ini. Bagi Riyadh, penetapan milisi pro-Iran sebagai FTO adalah jaminan perlindungan dari Washington bahwa komitmen keamanan AS di Teluk masih relevan, terutama setelah beberapa tahun terakhir muncul keraguan karena AS terlihat lebih fokus ke Indo-Pasifik.
Dampak Jangka Pendek: Eskalasi Kekerasan
Efek instan dari kebijakan ini bisa berupa eskalasi kekerasan. Milisi pro-Iran yang masuk daftar FTO kemungkinan akan menargetkan pasukan atau fasilitas AS di Irak. Serangan roket, bom rakitan, atau serangan siber bisa meningkat.
Bagi Washington, risiko ini bisa dijadikan justifikasi untuk mempertahankan atau bahkan menambah kehadiran militer di Irak. Inilah paradoks klasik strategi AS: semakin keras tekanan dijatuhkan, semakin besar pula kemungkinan keterlibatan militer jangka panjang.
Dampak Jangka Panjang: Energi dan Peta Geopolitik
Lebih jauh, keputusan ini juga berhubungan dengan geopolitik energi. Irak adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia. Stabilitas politik Irak berarti stabilitas harga energi global. Dengan menekan milisi pro-Iran, Washington berharap bisa menjaga pemerintahan Irak tetap pro-Barat dan memastikan aliran minyak tidak dikuasai atau diganggu jaringan proksi Iran.