Presiden Joko Widodo pernah menyangkal penggunaan istilah radikalisme. Hal ini terkait upaya pencegahan terorisme di Indonesia. Ia melontarkan istilah lain, "manipulator agama". Namun, istilah ini aneh, makanya tidak dipungut media sebagai wahana literasi.
Perlu Radikalisme dalam Beragama
Akhirnya, saya pikir, radikalisme tidak pernah “berintim” dengan terorisme. Sungguh jauh panggang dari apinya. Akar radikalisme adalah kebenaran dalam cahaya rasional dan iman. Ia memunculkan reformasi. Radikalisme bermuara kebaikan bersama. Makanya, kaum radikalis berakrab dengan kaum reformis. Menurut saya, radikalisme agama sangat penting sebagai penjaga marwah dogma dan ajaran, bila dalam praktek beragama cenderung "mengangkang" dari sumber/akar sehakikatnya.
Di lain sisi, akar teroris adalah anutan ideologi yang menyimpang. Ia kejahatan, bukan agama. Sebab, agama pada “akarnya” adalah nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan bagi semesta.
Kiranya, wacana kata "radikalis" dan "teroris" diluruskan ulang demi pencegahan dan penyelesaian aksi terorisme yang terus terjadi. Sebab, catutan kata yang belum tepat justru kian sulit untuk mengurai benang kusut aksi keji ini. Solusi-solusi arif nan cerdas kian tertemukan dengan wacana kata yang tepat dan benar.