Mohon tunggu...
Alam Raya
Alam Raya Mohon Tunggu... Just Human

Pernah belajar spasial dan lingkungan tinggal di Jawa

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Mahamerupun Setuju, Ku Gantungkan Celana Gunungku Bersama Fotomu ( dua )

5 Mei 2025   17:01 Diperbarui: 5 Mei 2025   17:01 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Langit Malam Mahameru (https://www.agentwisatabromo.com/milky-way-di-ranu-kumbolo-semeru-mahameru.html ) I

" Mahamerupun Setuju, Ku Gantungkan Celana Gunungku Bersama Fotomu"

Hei, Dab ...

Selamat Pagi!

Setiap pagi senyumku selalu menyapamu. Foto yang menggantung di dinding itu, seolah memperhatikanku. Senyummu di balik savana Cikasur yang berkabut itu selalu membuat pagi ku semakin cerah ceria.

Hampir dua semester berlalu, kamu sekarang sedang menempati dinding tengah kamar kos ku. Aku  ini lebih suka tantangan, tidak mau mendapatkan yg mudah - mudah tanpa berkorban. Bukan karena berakit -- rakit ke hulu tetapi percaya bahwa easy come, easy go. Sedikit trauma masih terngiang Cinta pertamaku, masih kupendam sedikit dendam tanpa dia tau bagaimana perasaan ku.

Akhirnya aku mengikuti proses keanggotaan Mapala mu itu. Di kaki Lawu kami resmi menjadi anggota muda. Waktu berlalu begitu cepat saatnya kami harus menjadi anggota tetap. Saat itu pilihan nya adalah puncak Mahameru. Aku masih Muda dan begitu sombong, karena sebelumnya sudah melalui 3 pendakianku sebelumnya ke Mahameru. Cenderung masih semaunya, meskipun karierku besar dan isinya safety. Aku masih ingin kelihatan "jagoan" bertekad bersandal jepit saja menapaki Semeru.

Sandal Jepit yang memilukan ... ( Ohh ternyata ...)

Moodmu memang sudah kelihatan lain sejak di Belimbing Terminal Malang. Aku sempat ngeluyur ngak jelas, yang membuat mu kuatir, membuat mu menunggu mengiraku kesasar kemana. Sampai pada akhirnya pos Ranupani kita bersiap hiking. Semua perlengkapan di check, Upacara kecil dan berdoa.

Setelah beberapa saat berlalu kamu datang padaku. Dyarrrr ...berdegup kencang jantung ku saat itu.

"Mana Sepatu Gunung mu? " Aku biasa pake sandal jepit saja kok." Kamu ini semaunya sendiri, aku tidak suka kamu seperti ini. Kamu ngomel bla bla bla ....kata - katamu menyakitkan telingaku.

Duhhh serasa disambar petir marahnya dia. Membuatku mbesesek nangis sepanjang jalan. Seolah menegaskan dia menolakku. Aku lemah tidak berdaya. Sepanjang jalan rasanya teriris melihat nya kecut tak pernah tersenyum lagi padaku. Kaki - kakiku lemas untuk melangkah. Tidak ada keceriaan, bahkan rasanya pengin turun saja. Sepanjang sejarah pendakian aku biasa yg tercepat atau sekalian jadi tim sweapernya. Itupun sukanya berjalan sendiri di belakang. Tapi pendakianku kali ini terasa kehilangan ruh. Raga berjalan batin terkoyak.

Ranupani - Ranukumbolo ku dipaksakan Kakak angkatanmu itu yang pernah di Argopoero, mereka ngawal aku untuk tetap berjalan, meskipun digandeng, karier dibawain sedikit diseret barangkali. Meskipun datang paling belakang, kemalaman dome " sudah pada berdiri.

Malam itu aku menggigil, sedikit pun kamu cuek tak peduli. Aku harus berperang dengan batinku. Aku ndak boleh begini, merepotkan orang lain hanya karena kemarahan nya pada sandal jepit ku. Benar saja malam itu kita makan nasi burung ( nasi setengah beras ) dampak dari teman" ku cowok yg masak. Karena biasa yang hobby masak aku, kali ini mood, raga dan batinku kacau.

Pagi yang indah disela kabut dan embun tipis Ranukumbolo membawa ku kembali tersenyum. Membuat susu dan sarapan yang nikmat buat teman-temanku. Aku perlahan bangkit kembali ke style awal, Aku luweh (baca =cuek) dengan kemarahanmu, ndak peduli lagi. Cantiknya Mahameru tidak akan luntur dengan kemarahanmu padaku.

Tanjakan Cinta kulalui tanpa berhenti dan tak menoleh ke belakang sedikitpun. Meskipun ada kamu yg mencoba nyalip tanpa sela nafas untuk mendaki ...

Yeahhh...I'm come back. It's me ...

Kami putuskan untuk ngecamp di Arcopodo. Pos terakhir sebelum puncak Mahameru. Kami mau kejar sunrise sekaligus menghindari gas beracun kalo kesiangan. Pukul dua kamu juga bangun, dalam beku di remang dini hari ku melihat kau sedikit tersenyum padaku. Aku berasa bunga ... kami segera membangunkan teman - teman yg lain. Untuk segera menapaki pasir beku itu.

Duhhh Gusti indahnya malam mu. Gumintang bergantung besar - besar, tanpa awan bersih tak berkabut bak permata berhambur diangkasa. Cahaya kota tak mampu mempolusi keelokan langit malam itu.

Ahhhh ....

Teman - teman lambat betul, sambil merem kali mendakinya. Coba jalannya sambil melek ngobrol sama bintang - bintang diatas kepala itu. Ahhhh...ku salip duluan saja ahhh.

Ada temaram senter didepanku, jauh dari rombongan dibawahku. Siapa ya ....asem i, sudah ada yang didepanku. Mendekat - mendekat ... postur tegap itu kukenal baik. Duhhh ... ternyata dia. Waduhhhh

Kami jalan berdua menapaki Mahameru. Kebayang nggak romantisnya. Dia berjalan di depan cari jalan aku menapaki di belakang nya. Kamu tahu kan puncak berpasir itu, dingin membeku tetapi tetap pasir.

Mendaki satu langkah bisa mbrosot dua langkah. Sesekali dia memberikan cahaya senter nya padaku. Berjalan berdua dengan kabut tipis - tipis dibawah malu bulan sabit dan riuh gumintang. Aku bahagiaaa....

Dia seperti nya mau menghela nafas, berhenti tepat diatas semacam batu besar. Duduk disitu, siluet bayang - bayang nya nampak indah. Aku segera beranjak pengen duduk dan menghela nafas bersama nya di batu itu.

Kini ku tepat disamping nya. Aku terduduk ...

Tetiba batu besar Itu ambrol, aku jatuh diluar jalur beberapa meter kebawah. Duhhh kacau...semua untung batu itu tidak menghantam kepala ku. Kamu tahu apa yang terjadi setelah nya?

Dia pergi begitu saja tanpa melihat kondisi ku bisa jalan atau tidak. Dia cuek seolah tidak terjadi apa ", aku di tinggal sendiri dalam kondisi yang kurang baik. Kenapa dia begitu lagi ... ku ingat beberapa kejadian di Argopoero waktu itu. Sampai perjalanan terakhir tadi. Dia sering menjulurkan tangannya untuk membantu ku melewati Medan yg sulit,akar pohon, tebing terjal semacamnya, tetapi seperti biasa selalu ku tolak. Aku bisa berusaha sendiri cari tambatan akar batu atau tebing. Aku menolak uluran gandengan tanganmu saat itu.

Tapi sekarang kondisi nya lain, aku benar - benar butuh bantuan. Dia melangkah jauh meninggalkan ku. Sakit sekali rasanya. Kenapa perasaan ini tidak dipahaminya. Aku segera merangkak naik, tidak peduli sandal jepitku membekukan jari - jari kakiku.

Aku bangkit bergerak dan aku bertekad, akulah yang harus tiba di puncak Mahameru pertama kali. Kulewati engkau seolah kamu tidak ada. Masih begitu gelap ku meraba jalan. Akhirnya aku sampe tepat subuh, Masih gelap tak ada garis merah sedikitpun di ufuk timur.

Ambil tayamum, aku bersujud. Dingin membeku tak bergerak, kawanku masih terasa jauh di bawah, 30 menit aku terdiam. Menyaksikan sunrise berlahan, sendiri tanpa siapa - siapa. Ku tulis namamu di puncak berpasir itu ... Ku perhatikan namamu itu, ku merenung ...

Cintah Dan Rasa tidak harus dipaksakan. Meskipun everything is possible kenyataan nya yang terjadi adalah fakta. Kuhapus berlahan namamu di pasir itu ditemani cahaya Surya yg mulai menghilangkan satu persatu bintang. Bersih pasir itu dari namamu dibarengi muncul nya sosok mu. Dan Semoga Cinta yang menyiksaku ini juga segera berlalu. Akan kubunuh satu persatu bintang harapan itu.( Bersambung, bag akhir )

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun