Duhhh serasa disambar petir marahnya dia. Membuatku mbesesek nangis sepanjang jalan. Seolah menegaskan dia menolakku. Aku lemah tidak berdaya. Sepanjang jalan rasanya teriris melihat nya kecut tak pernah tersenyum lagi padaku. Kaki - kakiku lemas untuk melangkah. Tidak ada keceriaan, bahkan rasanya pengin turun saja. Sepanjang sejarah pendakian aku biasa yg tercepat atau sekalian jadi tim sweapernya. Itupun sukanya berjalan sendiri di belakang. Tapi pendakianku kali ini terasa kehilangan ruh. Raga berjalan batin terkoyak.
Ranupani - Ranukumbolo ku dipaksakan Kakak angkatanmu itu yang pernah di Argopoero, mereka ngawal aku untuk tetap berjalan, meskipun digandeng, karier dibawain sedikit diseret barangkali. Meskipun datang paling belakang, kemalaman dome " sudah pada berdiri.
Malam itu aku menggigil, sedikit pun kamu cuek tak peduli. Aku harus berperang dengan batinku. Aku ndak boleh begini, merepotkan orang lain hanya karena kemarahan nya pada sandal jepit ku. Benar saja malam itu kita makan nasi burung ( nasi setengah beras ) dampak dari teman" ku cowok yg masak. Karena biasa yang hobby masak aku, kali ini mood, raga dan batinku kacau.
Pagi yang indah disela kabut dan embun tipis Ranukumbolo membawa ku kembali tersenyum. Membuat susu dan sarapan yang nikmat buat teman-temanku. Aku perlahan bangkit kembali ke style awal, Aku luweh (baca =cuek) dengan kemarahanmu, ndak peduli lagi. Cantiknya Mahameru tidak akan luntur dengan kemarahanmu padaku.
Tanjakan Cinta kulalui tanpa berhenti dan tak menoleh ke belakang sedikitpun. Meskipun ada kamu yg mencoba nyalip tanpa sela nafas untuk mendaki ...
Yeahhh...I'm come back. It's me ...
Kami putuskan untuk ngecamp di Arcopodo. Pos terakhir sebelum puncak Mahameru. Kami mau kejar sunrise sekaligus menghindari gas beracun kalo kesiangan. Pukul dua kamu juga bangun, dalam beku di remang dini hari ku melihat kau sedikit tersenyum padaku. Aku berasa bunga ... kami segera membangunkan teman - teman yg lain. Untuk segera menapaki pasir beku itu.
Duhhh Gusti indahnya malam mu. Gumintang bergantung besar - besar, tanpa awan bersih tak berkabut bak permata berhambur diangkasa. Cahaya kota tak mampu mempolusi keelokan langit malam itu.
Ahhhh ....
Teman - teman lambat betul, sambil merem kali mendakinya. Coba jalannya sambil melek ngobrol sama bintang - bintang diatas kepala itu. Ahhhh...ku salip duluan saja ahhh.
Ada temaram senter didepanku, jauh dari rombongan dibawahku. Siapa ya ....asem i, sudah ada yang didepanku. Mendekat - mendekat ... postur tegap itu kukenal baik. Duhhh ... ternyata dia. Waduhhhh