"Ente udah banyak orderan?"
"Belum penglaris."
"Keluar kapan?"
"Siang tadi pak. Dari Cengkareng ga bunyi, lanjut ke Glodok dan Mangga Dua, sama aja. Yaudah, ane ke sini, moga-moga dapat."
"Ane juga baru dua dari pagi. Itu juga satunya untung dapat orderan bagi-bagi makanan dari warga Asia Tenggara. Katanya mereka simpati dengan kondisi di Indonesia."
"Alhamdulillah, pak."
"Ane cabut dulu ya. Moga bunyi ya."
"Aamiin..."
Sebagai ojol sejak 2019, situasi sulit ini bukan yang pertama. Saya pernah mengalami yang lebih pelik saat pandemi.
Ketika itu keluar rumah seharian pernah hanya dapat Rp 8.000. Alias, satu orderan.
Itu pun non tunai. Alias, harus dicairkan di rekening yang ga bisa diambil. Sebab, minimal tarik tunai ATM Rp 50.000.