Justru kalo kita melarang demo, bakal aneh ini negara. Seperti negara komunis atau tirani.
Anda mau, Prabowo jadi diktator seperti Vladimir Putin, Xi Jinping, dan Kim Jong Un?
Saya sih ogah. Biarpun saya pemilih Prabowo pada tiga edisi pilpres beruntun, ga mau negara ini kembali ke masa orde baru.
Najis!
Di sisi lain, demo juga ada aturan. Harus izin APH dan waktunya ditentukan hingga petang.
Yang terpenting, jangan anarkis! Saya mengetik artikel ini, Jumat (5/9) dini hari WIB, tepat di samping Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Metro Jaya. Tampak, puluhan pekerja sedang memperbaik halte Transjakarta dan pintu masuk MRT Istora yang rusak.
* Â Â Â Â * Â Â Â Â *
"YA Tuhan, sepi amat ini Jakarta. Karyawan pada WFH, UMKM makanan pinggir jalan ga buka takut rusuh, imbasnya Thamrin, Kuningan, Sudirman, SCBD, kayak kota mati  Mau sampai kapan gini terus?" kata rekan ojol saat nongki bareng di kawasan Tugu Selamat Datang, Senin (1/9) sore.
"Iya pak. Glodok dan Mangga Dua yang biasanya rame orderan barang aja, sepi. Ini, makanya saya ke tengah. Eh, sama aja."
"Padahal hari ini ga ada yang demo, tapi karyawan mayoritas WFH. Sekolah dan kampus libur. Toko tutup dan mal banyak yang belum buka."
"Masih nunggu situasi tenang, pak. Sejauh ini udah kondusif. Cuma ya, memang belum normal. Kendaraan aja di Thamrin-Sudirman yang lewat bisa diitung jari."