Mohon tunggu...
Suripman
Suripman Mohon Tunggu... Akuntan - Karyawan Swasta

Pekerja biasa, menulis alakadarnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siasat di Wisma Hamala

8 Desember 2018   09:00 Diperbarui: 8 Desember 2018   08:56 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.ancient-origins.net/

"Yang Mulia, saya ingin menyampaikan bahwa Yang Mulia Arya Rata ingin beranjang sana, Beliau sekarang menunggu di depan wisma", sambil menahan sakit, penjaga menyampaikan berita.

"Baik, sampaikan ke Arya Rata, aku akan segera menemuinya", jawab Prabu Subarkah tanpa melihat ke penjaga. "Dan kalian, orang-orang sial tidak berguna, bubar saja! Kecuali kau Fatah Zila! Kau ikut aku!"

"Iya Yang Mulia", Fatah Zila menggangguk dan mengekor di belakang Prabu Subarkah.

"Wahai Yang Mulia Arya Rata, sungguh sebuah kehormatan Yang Mulia datang beranjang sana", basa-basi Prabu Subarkah.

Mereka duduk bertiga di ruangan tamu utama. Ruangan tamu utama tidak terlalu jauh dari kandang kuda. Prabu Subarkah memang selalu menjamu tamu-tamu penting di sana. Tempatnya luas dan sejuk, sekaligus ia bisa memamerkan kuda-kuda gagahnya yang ia beli dari negeri seberang. Negeri yang jauh di selatan kerajaan.

"Prabu Subarkah, saya sangat kecewa dengan Fatah Zila dan telik sandinya. Sekarang kita dalam posisi yang susah. Bagaimana Fatah Zila bisa menelan mentah-mentah cerita Rara Saruma, bahwa ia telah diperkosa? Kita berdua sudah terlanjur bersumpah serapah di depan penduduk kerajaan, dan mengutuk ke arah Jaka Wirata, sesuai kesepakatan kita, untuk mencoreng mukanya menjelang sayembara pemilihan raja. Bagaimana ini mengatasinya?", tanpa tedeng aling-aling Arya Rata langsung ke inti masalah.

"Itulah mengapa saya mengadakan sidang di aula, saya juga kecewa dan marah atas kebodohan Fatah Zila. Tapi Yang Mulia juga tahu kualitas dia. Ini semua salah saya juga, mengangkat dia sebagai penasehat, padahal tugasnya hanya membuat syair-syair tolak bala saja."  kata Prabu Subarkah, seolah-olah orang yang ia bicarakan tidak di sana.

Fatah Zila semakin menunduk menyembunyikan muka merah.

"Fatah Zila ini saya tugaskan untuk membuat syair dan tembang tolak bala, agar penduduk kerajaan murka kepada Jaka Wirata", lanjutnya dengan raut muka kecewa.

"Begini saja Yang Mulia Arya Rata, kita umumkan saja ke penduduk kerajaan, kita salah mendengar berita dan sudah dibohongi Rara Saruma. Kita minta maaf ke penduduk. Penduduk kerajaan yang bodoh-bodoh itu pasti percaya dan malah menganggap kita bangsawan ksatria yang berani mengakui kesalahan" kata Prabu Subarkah perlahan.

"Saya ini sudah tua, malu sekali rasanya, tapi apa boleh buat, saya tidak melihat cara lain. Kita harus arahkan semua kesalahan ke Rara Saruma kalau nanti bhayangkara kerajaan memeriksa" jawab Arya Rata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun