Mohon tunggu...
Isnaini Khomarudin
Isnaini Khomarudin Mohon Tunggu... Full Time Blogger - editor lepas dan bloger penuh waktu

peminat bahasa daerah | penggemar kopi | pemburu buku bekas

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Siasat Hemat Saat Ramadan, Pola Sehat dalam Pengeluaran

19 Maret 2024   21:15 Diperbarui: 19 Maret 2024   21:25 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Ramadan adalah bulan penghematan, bukan pemborosan. (Dokumentasi pribadi)

KADANG KALAU dipikir-pikir selama bulan Ramadan manusia justru bersikap ambivalens. Setidaknya dalam hal pengeluaran. Harusnya bulan puasa kita bisa berhemat, bukan malah bengkak atau malah boncos dalam keluangan. 

Alasannya, kita makan hanya dua kali dibanding bulan-bulan sebelumnya sebanyak tiga kali. Pun jadwal ngemil atau mengudap makanan ringan, tentunya bisa kian dikikis sebab sepanjang siang kita tak boleh mengonsumsi apa pun. 

Penghematan, bukan pemborosan

Sayangnya, bulan Ramadan malah jadi bulan pembengkakan, kalau tak mau disebut pemborosan. Saya menyimpulkan demikian ketika melihat supermarket penuh dengan antrean di awal bulan Ramadan--saat masih tinggal di Bogor dulu. Orang-orang cenderung menyetok makanan yang banyak karena khawatir tak bisa didapatkan lagi.

Makanan-makanan itu dikonsumsi selepas magrib atau shalat tarawih. Yang tak kalah menonjol adalah variasi menu saat berbuka dan bersantaap sahur. Dibanding bulan-bulan biasa, selama Ramadan menu dibuat seistimewa mungkin agar semangat menyantapnya. 

Berbuka dengan ubi tepung goreng dan kopi (Dokumentasi pribadi)
Berbuka dengan ubi tepung goreng dan kopi (Dokumentasi pribadi)

Padahal kalau mau jujur, segelas teh hangat manis dan beberapa potong kue sudah bikin kita kenyang saat berbuka. Kalau masih lapar, bisa ditambah nasi dengan lauk apa pun: toh kita bisa menyantap apa pun sebab didera kelaparan. Belum lagi kalau ada keluarga yang bisa bikin aneka kolak setiap hari dan berlimpahnya camilan saat berbuka.

Variasi menu bukan penghormatan

Penghormatan kepada bulan Ramadan bukanlah dengan menumpuk makanan tanpa kendali sementara banyak orang di luar sana didera kelaparan karena berbagai alasan. Apalagi kalau sampai berutang demi memenuhi "kebutuhan" makanan beraneka macam itu. Bahaya kan?

Menghormati Ramadan berarti mengisinya dengan tindakan yang mencerminkan kemuliaan. Misalnya, ibadah tarawih secara kontinu, baca Quran secara ajek, memperbanyak doa saat berpuasa, dan terutama meningkatkan sedekah dalam berbagai bntuknya. Jadi jika ingin membeli banyak makanan, silakan. Asalkan bukan demi memuaskan hawa nafsu pribadi, melainkan untuk didonasikan ke banyak tempat, misalnya masjid atau panti asuhan.

JIka kita kesulitan berderma, kita bisa bertindak sebaliknya sebagai langkah penghematan. Dengan banyaknya orang bersedekah makanan di masjid, maka kita bisa mengunjungi masjid-masjid di kota kita untuk mengikuti kajian menjelang iftar lalu berbuka puasa di sana. 

Suasana berbuka puasa bersama di Masjid Namira (Dokumentasi pribadi)
Suasana berbuka puasa bersama di Masjid Namira (Dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun