Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Bermatematika" Keuangan Usai Lebaran, Tekor atau Seimbang?

9 April 2025   12:16 Diperbarui: 14 April 2025   14:17 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
belanja lebaran meriah (KOMPAS/PRIYOMBODO)

Meski tak semua orang bisa bersuka cita dengan penuh selama lebaran, paling tidak orang berusaha untuk sedikit "berbeda" selama lebaran. Dan konsekuensinya tentu harus ada biaya ekstra yang harus dikeluarkan.

Meski tak berbaju baru, mungkin berlebaran menyediakan makanan yang sedikit berbeda atau spesial, dan itu juga berarti pengeluaran ekstra. Intinya, lebaran sebagai momen spesial selalu berusaha dirayakan dengan apapun caranya-sederhana atau mewah.

Lebaran menjadi saat yang penuh kebahagiaan, kebersamaan, dan tradisi yang menghubungkan keluarga serta teman-teman. Setelah usai semuanya, ada satu hal yang sering kali awalnya diabaikan atau bahkan terlupakan mengontrolnya, keuangan pribadi.

Momen spesial yang penuh kemeriahan, berkonsekuensi akan mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli pakaian baru, hadiah, atau biaya perjalanan pulang kampung. Momen setahun sekali tak boleh dilewatkan, begitu banyak orang beralasan.

Tapi setelah semua itu berakhir, pertanyaannya menjadi, "Apakah keuangan kita masih dalam keadaan seimbang atau justru terkuras habis?"

Ada kala kita memanfaatkan tips dari para pakar keuangan, tapi tetap saja bisa bobol, karena kontrol keuangan sepenuhnya ada pada kita. Meski tidak harus pelit dan perhitungan, setidaknya kita tetap harus "waras" bertindak dalam mengelola keuangan. Itulah mengapa memahami kebutuhan dan keinginan, mungkin bisa membantu sikap jor-joran kita mengeluarkan uang selama masa ramadan dan lebaran.

Logikanya ramadan dan lebaran memang spesial, tapi tidak boleh juga membuat kita merana nantinya.

berbelanja lebaran -kompas.id
berbelanja lebaran -kompas.id

Memangnya Seberapa Banyak Pengeluaran Selama Lebaran?

Ibarat orang "pesta" demi kemeriahan harus ada harga yang harus dibayar. Lebaran memang tidak hanya soal makan ketupat atau berkumpul dengan sanak saudara. Ada banyak biaya yang terlibat, mulai dari membeli pakaian baru, hadiah lebaran untuk keluarga dan teman, hingga biaya perjalanan untuk mudik atau berkunjung ke sanak saudara.

Tak jarang, banyak orang yang terjebak dalam euforia belanja dengan alasan "sekali setahun" dan akhirnya lupa diri dengan menghabiskan uang lebih dari yang direncanakan. Ini sesuatu yang jamak terjadi pada setiap orang atau keluarga.

Apalagi menurut survei, pengeluaran untuk Lebaran biasanya meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan dengan bulan biasa. Ini mencakup segala sesuatu dari kebutuhan pokok seperti bahan makanan, hingga hiburan dan kebutuhan lainnya.

Bahkan, banyak orang yang mengandalkan dana cadangan atau utang untuk memenuhi kebutuhan selama Lebaran. Tentu saja, hal ini bisa berisiko jika tidak ada perencanaan keuangan yang matang.

Jika di hari biasa hanya menyediakan menu nasi biasa, selama lebaran menyuguhkan lontong lengkap dengan menu tambahannya. Biasanya tidak menyediakan minuman spesial, selama lebaran membuat es buah, panganan khas lebaran.

Jika semua sudah usai, saatnya kita mengevaluasi---menghitung ulang, bermatematika dengan catatan keuangan kita.

belanja lebaran-kompas money
belanja lebaran-kompas money

Tekor atau Seimbang? Waktu yang Tepat untuk Evaluasi Keuangan

Saat kembali ke rutinitas setelah libur Lebaran, kita sering kali terkejut dengan sisa saldo rekening yang lebih kecil dari yang kita kira. Begitu banyak transaksi yang dilakukan selama liburan yang terkadang sulit untuk dilacak satu per satu. Inilah saat yang tepat untuk evaluasi keuangan.

Bahkan ada yang merasa apakah uangnya "hilang" karena begitu banyak pengeluaran yang menguras dompet. Padahal setelah dihitung ulang, mulai dari belanja baju, makanan, hingga berbagi 'angpao" lebaran dengan sanak saudara, tidak terasa sudah menguras lebih dari setengah tabungan.

Ternyata tanpa sadar kita "makan tabungan" selama berlebaran. Agar semua bisa segera dipulihkan atau paling tidak dicarikan solusi terbaiknya, tentu ada baiknya kita melakukan evaluasi menyeluruh terhadap anggaran pendapatan dan belanja keluarga.

Apa saja yang menjadi evaluasi kita tentu saja membutuhkan mekanisme meskipun hanya sebuah cara sederhana sekedar mencatat debet-krediat alias uang keluar masuk (cashflow) agar semua catatan efektif menghasilkan data.

Tentu saja diawali dengan mencatat semua pengeluaran yang terjadi selama lebaran. Pisahkan antara kebutuhan pokok dan pengeluaran yang lebih konsumtif. Ini akan memberikan gambaran yang jelas apakah kita sudah menghabiskan lebih dari anggaran atau tidak. Kalau pengeluaran lebih besar dari yang direncanakan, ini saatnya untuk merenung dan menentukan langkah perbaikan.

Lalu mengecek sumber daya keuangan dengan melihat posisi keuangan yang ada. Apakah kita masih memiliki dana cadangan yang cukup untuk beberapa bulan ke depan? Jika sudah banyak terkuras, maka kita harus segera memulai rencana untuk mengisi kembali dana darurat tersebut.

Tidak jarang banyaknya pengeluaran yang terjadi selama lebaran berasal dari keinginan untuk "memanjakan diri" atau memberi kebahagiaan kepada orang lain dengan hadiah dan perjalanan. Ternyata salah satu cara efektif mengevaluasi keuangan kita setelah kembali ke rutinitas, penting untuk memisahkan antara kebutuhan dan keinginan.

Lantas setelah mengetahui seberapa besar pengeluaran selama Lebaran, kita bisa mulai menyusun anggaran baru yang lebih realistis untuk beberapa bulan ke depan. Tentukan prioritas, seperti kebutuhan harian, utang, dan tabungan, dan hindari pengeluaran yang tidak perlu.

menghitung uang belanja-kompas.id
menghitung uang belanja-kompas.id

Makan Tabungan, Energi Cadangan yang Terkuras

Lebih besar pasak daripada tiang bisa saja terjadi, ketika pengeluaran melebihi pendapatan atau dana yang tersedia, bisa dipastikan bahwa energi cadangan---baik itu tabungan, investasi, atau bahkan utang---terkuras.

Hal ini bisa menyebabkan stres keuangan yang berpotensi mengganggu kesejahteraan secara keseluruhan. Ketika kita tidak bisa mengatur keuangan dengan bijak, dampaknya bisa meluas, mulai dari penurunan kualitas hidup hingga gangguan pada kesehatan mental.

Apalagi yang coba-coba bermain pinjaman online demi membuat lebaran meriah---termasuk mengongkosi perjalanan pulang kampung---mudik tanpa perencanaan yang baik.

Penting untuk menghindari kekecewaan di masa depan agar tidak mengalami kejutan keuangan di masa depan, untuk membuat rencana keuangan yang lebih matang dan menetapkan batas pengeluaran di masa mendatang.

Misalnya, tentukan anggaran untuk belanja lebaran sebelum memasuki bulan ramadan dan usahakan untuk tidak melebihi jumlah yang sudah ditetapkan. Selain itu, mulai bulan ini, usahakan untuk menabung lebih banyak atau menambah investasi untuk menyiapkan dana darurat yang bisa digunakan di masa depan, terutama saat momen-momen besar seperti lebaran. Jika tahun ini sudah loss dan terlambat, setidaknya ke depan tidak terulang kembali.

menghitung cadangan uang -kompas.id
menghitung cadangan uang -kompas.id

Bagaimanapun masih lebih baik terlambat jika kita menyadari kita perlu belajar untuk menikmati kebahagiaan tanpa harus mengorbankan kestabilan keuangan. Berbelanja dan memberi hadiah adalah hal yang wajar, tetapi sebaiknya dilakukan dengan penuh perhitungan.

Menghargai kebersamaan keluarga dan teman tidak harus selalu melalui materi, tetapi bisa dengan cara yang lebih bermakna dan tidak membebani keuangan kita.

Mungkin masih banyak dari kita memang baru menyadari setelah lebaran, memang sudah terlambat dan mau tidak mau evaluasi itu menjadi saatnya untuk kembali ke rutinitas dengan memeriksa kembali kondisi keuangan yang ada.

Ber-matematika dengan bijak adalah kunci untuk menjaga kestabilan finansial dan mengevaluasinya. Jika kita bisa memisahkan antara kebutuhan dan keinginan, serta memiliki anggaran yang jelas, maka kita akan lebih siap menghadapinya dengan tenang. Lebaran mungkin hanya terjadi setahun sekali, namun dengan perencanaan yang matang, kita bisa menikmati setiap momen tanpa harus mengorbankan masa depan keuangan kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun